Medan (ANTARA News) - Mimpi buruk banyak pemudik berkendara mobil pribadi yang melintasi jalan lintas timur (Jalintim) Sumatera di wilayah Provinsi Riau selama arus mudik-balik Lebaran 2015 akibat kerusakan dan pengerjaan pembetonan jalan, kini sirna sudah dan berganti dengan senyuman.

Betapa tidak, ratusan kilometer Jalintim berkonstruksi beton yang menghubungkan Riau dengan dua provinsi tetangganya, Jambi dan Sumatera Utara, kini sudah hampir seluruhnya rampung dengan kondisi mulus.

Dampaknya, para pemudik yang menuju Jambi, Pekanbaru, dan Medan maupun daerah perkotaan dan perdesaan lain di sepanjang Jalintim Sumatera itu kini tidak lagi harus antre dan terjebak dalam kemacetan panjang karena kendaraan dari dua arah harus bergantian melewati ruas-ruas jalan yang sedang dibeton seperti pengalaman 2015.

Tatkala Antara melintasi Jalintim Sumatera itu dari perbatasan Jambi menuju Pekanbaru dan Pekanbaru-Medan pada Senin dan Selasa atau H-2 dan H-1 Lebaran 2016, hanya ada sekitar lima titik pembetonan jalan yang belum selesai.

Salah satu titik pembetonan yang belum selesai tersebut berada di daerah Desa Japura, Kecamatan Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu sedangkan empat ruas jalan lain yang pembetonannya baru selesai di sisi kiri atau kanannya saja itu berada di wilayah Desa Bangko Permata, Kecamatan Bangko, Kabupaten Rokan Hilir.

Memasuki wilayah Desa Japura, para pemudik berkendara mobil pribadi yang melintas mengurangi kecepatan kendaraannya saat melihat papan peringatan untuk berhati-hati karena ada pengerjaan jalan. Demikian juga saat memasuki daerah Desa Bangko Permata pada menjelang dan sesudah areal Kilang Ladang Minyak Chevron, Bangko.

Panjang ruas jalan yang pembetonannya belum rampung tersebut bervariasi antara 60 meter hingga sekitar 1,5 kilometer, namun arus kendaraan mobil pribadi, truk maupun bus penumpang umum dari kedua arah lancar dan tidak terlihat antrean apalagi selepas itu, kondisi jalan kembali mulus.

Karena jalan yang sebagian besar kondisinya mulus itu, banyak sopir yang memacu kendaraannya hingga batas maksimal aman sekalipun kewaspadaan dan kehati-hatian dalam berkendara tetap diperlukan para pemudik mengingat adanya lima titik pengerjaan pembetonan yang belum rampung serta masih ditemukannya kerusakan ringan.

Kerusakan ringan yang masih dijumpai saat melintasi Jalintim yang menghubungkan daerah perbatasan Jambi dengan Seberida, Pematang Reba, Japura, Pangkalan Kerinci, Pekanbaru, Rumbai, Minas, Duri, Bangko, dan Bagan Batu di Riau hingga perbatasan Sumut itu antara lain berupa badan jalan yang berlekuk dan berparit.

Bentuk kerusakan lain berupa keretakan di badan jalan berkonstruksi beton, tambalan permukaan yang kasar, aspal yang terkelupas dan berlubang, dan bahu jalan yang melekuk di sejumlah titik di sepanjang Jalintim Sumatera sepanjang 542 kilometer (Jambi-Pekanbaru) dan 537 kilometer (Pekanbaru-Medan) itu.

Kerusakan ringan tersebut tidak menghambat jalan kendaraan karena sopir masih dapat bermanuver guna menghindarinya karena selepas sejumlah ruas jalan yang rusak itu, mereka kembali disambut kondisi jalan yang mulus sehingga dapat memacu kenderaannya dalam kecepatan 80 hingga 110 kilometer per jam.

Setahun lalu, kenikmatan yang kini dirasakan banyak pemudik yang melintasi Jalintim Sumatera di wilayah Riau untuk pulang kampung itu tak mungkin diraih.

Pengamalan penulis yang memantau kondisi Jalintim Sumatera dari Medan ke Palembang dengan menumpang bus Lorena pada pekan pertama Juni 2015 mendapati banyaknya kerusakan sedang hingga berat serta pengerjaan pembetonan jalan yang membuat arus kendaraan tersendat dan bahkan terjebak dalam kemacetan panjang.

Ketika itu, saat memasuki wilayah Provinsi Riau dari perbatasan Sumut, jalan relatif mulus namun terdapat kerusakan berat di sejumlah titik. Akibatnya, bus lebih sering dirasakan bergetar saat melintasi permukaan jalan beraspal yang terkelupas, tanah berkerikil dan berdebu itu.

Di beberapa titik ruas jalan yang menghubungkan daerah Bagan Batu-Bangko-Duri dan perbatasan Sumut sepanjang 159 kilometer itu, bahkan kerusakan ditandai dengan lubang-lubang besar dan dalam seperti dijumpai di satu desa sekitar 40 kilometer dari Duri.

Ruas jalan dengan tingkat kerusakan serupa juga dijumpai di beberapa titik lain dalam perjalanan Duri-Pekanbaru pada 2 Juni dinihari itu. "Tapi ini belum seberapa. Ini sih masih anaknya. Yang parah ada di Sumatera Selatan," kata Patar Sibarani, sopir bus Lorena.

Di Jalintim yang menghubungkan Provinsi Riau-Jambi, dijumpai belasan titik pengerjaan pengecoran separuh badan jalan. Pengecoran yang menyisakan ujung-ujung besi cor di sisi kiri dan kanan jalan itu tersebar mulai dari ruas Duri-Minas-Pekanbaru hingga Belilas di Kabupaten Indragiri Hulu, Riau.

Sopir Bus Lorena Ronald Silalahi yang rutin melintasi ruas Jalintim Riau-Jambi mengatakan setidaknya ada 12 titik pengecoran di sepanjang 513 kilometer Jalintim yang menghubungkan Pekanbaru-Pangkalan Kerinci-Sorek-Ukui-Japura-Belilas-Sangeti dan wilayah Provinsi Jambi itu.

Akibatnya, sering terjadi antrean panjang kendaraan menjelang titik pengecoran jalan karena kendaraan-kendaraan roda empat seperti truk tronton, bus dan mobil pribadi yang datang dari arah Pekanbaru menuju Jambi maupun sebaliknya harus bergantian berjalan.

Waktu tempuh pun bertambah panjang. "Karena banyaknya cor-coran itu, waktu tempuh Pekanbaru-Medan bisa 23 jam. Padahal, biasanya normal cuma 12 sampai 13 jam.

"Saya tahu semua ini dari laporan sopir-sopir bus Lorena rute Palembang-Medan yang telat tiba," kata Rahmayuni, petugas loket kantor PT Eka Sari Lorena Transport di Jalan SM Raja, Medan, saat ditemui pada Juni 2015.

Apa yang disampaikan Rahmayuni terbukti. Pada 2 Juni pukul 11:35 WIB, misalnya, terjadi antrean kendaraan roda empat sepanjang lebih dari satu kilometer akibat tertahan menjelang ruas jalan yang dalam proses semenisasi di dekat Simpang Perak, Pangkalan Kerinci, Riau.

Setelah berhenti sekitar 34 menit, kendaraan-kendaraan yang berada di barisan antrean mulai bergerak perlahan namun beberapa menit kemudian kembali berhenti.

Beberapa sopir mobil pribadi dan angkutan barang jenis "pick-up" yang tak sabar menyalip puluhan kendaraan yang sudah sejak tadi ada di barisan antrean.

Ulah para sopir yang tak sabar ini memicu beberapa sopir lain untuk melakukan hal sama. Baru pada pukul 13.28 WIB, seluruh kendaraan yang bergerak ke arah Jambi mendapat giliran jalan.

Beberapa orang pemuda membantu mengatur giliran kendaraan yang datang dari dua arah supaya tidak terjadi penumpukan dan kemacetan di titik pengecoran badan jalan yang berjarak sekitar 65 kilometer dari Kota Pekanbaru itu.

Untuk mengantisipasi potensi kecelakaan di ruas Jalintim Riau-Jambi akibat kerusakan jalan serta perbaikan dan semenisasi, kepolisian setempat memasang papan-papan peringatan seperti "Jangan Lengah", "Jaga Jarak Iring, Tanjakan Tinggi", "Waspada" dan "Konsentrasi" di sejumlah tempat.

Perbaikan jalan dan gorong-gorong yang sedang dilakukan di beberapa titik di ruas Jalintim Riau-Jambi tersebut mengharuskan para pengemudi tetap berhati-hati dengan memacu kendaraannya dalam batas aman kecepatan supaya mereka masih mampu mengendalikan mobil ketika jalan rusak tiba-tiba menghadang.

Kesulitan yang dialami banyak sopir setahun lalu itu kini sirna dengan rampungnya pembetonan sebagian besar Jalintim Sumatera di wilayah Provinsi Riau namun masih ada pekerjaan rumah yang tersisa bagi pihak terkait yang bertanggungjawab terhadap pengelolaan jalan negara ini.

Di antara pekerjaan rumah tersebut adalah perihal belum dilengkapinya puluhan kilometer Jalintim Sumatera dengan lampu penerang jalan. Realitas ini, misalnya, dijumpai di ruas jalan yang menghubungkan wilayah Kabupaten Indragiri Hilir dan Indragiri Hulu dengan penerangan jalan.

Akibatnya, para pengendara yang melewati daerah itu pada malam hari menghadapi kondisi jalan yang gelap gulita sehingga bisa membahayakan mereka, terutama pemudik yang baru pertama kali melintas.

Selain belum dilengkapi fasilitas penerangan jalan, tidak sedikit ruas jalan beton dengan kondisi mulus itu belum diberi marka jalan sehingga menyulitkan sopir, terutama para pemudik yang baru pertama kali melintas di sana pada malam hari.

Bantuan pencahayaan terhadap jalan yang naik-turun serta berkelok-kelok itu hanya datang dari rumah-rumah penduduk. "Kondisi gelap gulita di Jalintim itu hanya datang dari cahaya lampu dari rumah-rumah warga namun sebagian besar dari puluhan kilometer jalan gelap gulita.

Untuk mengurangi risiko bahaya akibat ketiadaan penerangan jalan, banyak pengemudi termasuk para pemudik berkendara mobil pribadi yang melintasi Jalintim yang menghubungkan daerah Provinsi Riau dengan Jambi itu menggunakan lampu jauh kendaraan mereka untuk memperjelas posisi bahu jalan dan kelokan.

Sijon, petugas SPBU Desa Pematang Reba, Kecamatan Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu, membenarkan kondisi Jalintim tanpa penerangan itu, terutama saat melintasi wilayah perkebunan sawit.

Terlepas dari beberapa pekerjaan rumah yang masih tersisa, kondisi jalan beton di wilayah Riau yang mulus itu diapresiasi para pemudik. "Sekarang Jalintim Riau ini mulus," kata Yulius, sopir yang membawa rombongan keluarga pemudik asal Lampung menuju Pematang Siantar, Sumut. 

Oleh Rahmad Nasution
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016