Tanah Datar, Sumbar (ANTARA News) - Salah satu camilan yang wajib dihidangkan di Sumatera Barat saat Hari Raya Idul Fitri adalah kacang tojin.

Kerenyahan menjadi daya pikat utama makanan ini. Ditambah lagi dengan rasanya yang khas, membuat tamu yang datang bersilaturahmi selalu ingin mengunyah kacang tujin.

"Pada umumnya, wajib ada di setiap rumah. Ibaratnya, tidak ada kacang tojin suasanya terasa hambar. Kacang tojin biasanya juga menjadi makanan yang paling cepat habis," kata Dian Wahyuni (33), warga Jorong Lompatan Datar, Barulak, Sumatera Barat.

Dibandingkan kacang goreng atau kacang kulit pada umumnya, kacang tujin lebih kaya rasa karena komposisinya yang terdiri dari bawang merah, bawang putih, seledri, garam serta bumbu-bumbu penyedap lainnya.

Menurut Dian, pembuatannya tergolong sederhana. Kacang tanah yang masih berkulit ari direndam dengan air panas selama 15 menit untuk mempermudah pengelupasan kulit.

Selanjutnya, kacang akan dicampurkan dengan bawang putih yang telah dihaluskan, garam, serta bumbu penyedap lain. Sementara seledri dan bawang merah, digoreng terpisah.

"Kacang kemudian digoreng hingga berwarna kuning emas. Setelah itu baru ditaburkan bawang merah dan seledri untuk menambah keharuman kacang," kata wanita beranak satu tersebut.

Tingginya permintaan kacang tojin menjelang Lebaran juga otomatis berdampak terhadap penjualan dan harga kacang tanah.

Menurut pedagang kacang tanah, penjualannya meningkat sejak H-7 Lebaran, sekitar 75 hingga 80 persen. Harganya juga naik menjadi Rp28 ribu per kilogram dari biasanya Rp26 ribu per kilogram.

Kacang tanah yang baik untuk dijadikan kacang tojin adalah yang berjenis kacang kampuang dengan ukuran relatif lebih kecil.

Namun, bagi yang tidak ingin repot-repot memasak kacang tuojin, juga telah banyak dijual dalam kemasan jadi yang dibanderol sekitar Rp60 ribu per kilogram.

"Rasanya lebih enak karena bumbunya bisa disesuaikan selera. Kebersihannya juga lebih terjamin. Dan tentu, lebih menghemat biaya," tutur Dian.

Pewarta: Try Reza Essra
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016