Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di Pasar Spot Antar Bank Jakarta, Rabu pagi turun tajam mendekati level Rp9.150 per dolar AS menjadi Rp9.140/9.146 dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.110/9.120 per dolar AS. Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib di Jakarta, mengatakan, pelaku pasar aktif membeli dolar AS menjelang Ketua Bank Sentral AS, Ben Bennarke menyampai pidato di depan Senat AS mengakibatkan rupiah tertekan di pasar. Besarnya tekanan pasar mengakibatkan mata uang lokal itu terpuruk sebesar 30 poin, katanya. Tertekannya rupiah, menurut Kostaman Thayib karena dolar AS di pasar menguat terhadap yen, meski ada kekhawatiran atas pertumbuhan ekonomi AS yang cenderung melambat. Dolar AS terhadap euro melemah menjadi 1,3350, namun terhadap yen membaik menjadi 117,95 dari sebelumnya 117,66, katanya. Dolar AS melemah terhadap euro, setelah keluarnya data kepercayaan konsumen yang melemah, sehingga menekan mata uang asing itu, tambahnya. Ia mengatakan, rupiah juga mendapat tekanan dari aksi intervensi Bank Indonesia (BI) yang menginginkan rupiah kembali menjauhi level Rp9.100 per dolar AS. Apalagi BI menyatakan, pergerakan rupiah yang ideal berada pada posisi Rp9.000 hingga Rp9.500 per dolar AS yang mendorong pelaku lokal beranggapan bahwa rupiah pada level sekarang masih jauh dari yang dikhawatirkan, katanya. Menurut dia, kenaikan harga minyak mentah juga merupakan salah satu faktor yang menekan rupiah melemah. Harga minyak mentah naik 5 sen dolar AS menjadi 68,09 dan harga minyak mentah AS menguat 92 sen menjadi 63,85 dolar AS per barel. Namun pasar saham regional cenderung tak menentu, seperti indeks Nikkei turun 0,03 persen, Indek kospi, Korea Selatan naik 0,01 persen dan indeks SP/ASX 200 naik 0,11 persen, katanya. Meski demikian, lanjut Kostaman, rupiah masih berpeluang untuk kembali menguat, melihat aktifitas investor asing di pasar modal Indonesia masih aktif bermain saham. Apalagi penerbitan Surat Utang Negara (SUN) dan Obiligasi Ritel Pemerintah (ORI) mendapat sambutan cukup besar dari masyarakat yang memberikan sentimen positip pasar khususnya kepada rupiah, ucapnya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007