"Tidak seluruh vaksin yang beredar saat ini di tengah masyarakat palsu. Hanya sebagian saja, terjadi pada vaksin produksi impor," kata Wakil Wali Kota Bekasi Ahmad Syaikhu di Bekasi, Jumat.
Menurut dia, vaksin impor itu di antaranya vaksin jenis tetanus serum (ats), anti difteri serum (ads) dan anti bisa ular (abu), serta Purified Protein derivative (PPD).
Kemasan vaksin impor tersebut, kata dia, merupakan keluaran Sanofi Pasteur dan GSK yang disalahgunakan oleh oknum untuk mengeruk keuntungan pribadi dari penjualan ke sejumlah rumah sakit.
Kemasan itu diperoleh oknum melalui jaringannya di dalam rumah sakit dengan memanfaatkan alur distribusi limbah medis.
Usai kemasan itu diproses menjadi vaksin palsu, kata Syaikhu, modus pemasaran vaksin itu dilakukan melalui penawaran via email kepada sejumlah rumah sakit yang disetujui pembeliannya oleh perwakilan manajemen.
Sebanyak tiga rumah sakit swasta di Kota Bekasi saat ini terindikasi menggunakan vaksin palsu, di antaranya RS Elizabeth di Jalan Narogong, Bantargebang, RS Permata Jalan Legenda Raya Mustikajaya dan RS Hosana Medica di Jalan Pramuka Rawalumbu.
Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Bekasi Tety Menurung merekomendasikan masyarakat untuk menggunakan vaksin dasar produksi dalam negeri yakni PT Bio Farma.
"Vaksin Bio Farma sangat kami rekomendasikan, sebab secara kualitas bagus. Ada 101 negara yang kini menggunakan vaksin Bio Farma dan telah mendapat pengawasan dari World Health Organization (WHO)," katanya.
Menurut dia, alur distribusi vaksin tersebut telah terjamin kemanannya mulai dari produsen hingga ke penggunanya.
"Alur distribusi di Kota Bekasi-nya pun aman. Setelah vaksin diterima dari pusat dan provinsi, kemudian disimpan di tempat steril sebelum digunakan pasien," katanya.
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016