Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian telah menyatakan akan mengajukan industri pulp dan kertas ke dalam industri yang mendapat penurunan harga gas, di mana salah satu alasannya adalah harga gas berpengaruh besar terhadap biaya produksi.

"Bahkan, setiap kenaikan 1 dollar AS untuk harga gas, maka biaya produksi kertas akan naik 18 dollar AS," kata Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian, Panggah Susanto, di Jakarta, Jumat.

Selain itu, pembelian gas dalam industri tersebut adalah kedua terbesar setelah biaya bahan baku serat.

Panggah menyampaikan hal itu usai mendampingi Menteri Perindustrian Saleh Husin menemui Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI).

Menurut Panggah, Menteri Saleh telah menyetujui beberapa industri untuk diajukan masuk dalam Perpres 40 Tahun 2016 tentang Penetapan Harga Gas agar turut merasakan harga gas yang lebih rendah, termasuk industri pulp dan kertas.

Executive Director APKI Liana Bratasida mengatakan, harga gas di Pulau Jawa saat ini mencapai 8-9 dollar AS per MMBTU, sedangkan di Pulau Sumatera, harganya bisa mencapai 11 dollar AS per MMBTU.

Sementara itu, lanjutnya, harga gas untuk industri negara-negara ASEAN hanya 4-5 dollar AS per MMBTU.

"Makanya harga itu tidak bisa bersaing dengan harga produk yang dari luar. Sehingga produk dari luar itu jauh lebih murah dibanding produk kita sendiri," ujar Susanto.

Tidak hanya meningkatkan daya saing industri dalam negeri, lanjut Liana, harga gas yang lebih murah juga dapat berkontribusi menurunkan emisi gas rumah kaca.

"Karena gas itu bersih. Kan pemerintah menargetkan industri pulp dan kertas menurunkan emisi gas rumah kaca pada 2020. Jadi, kita ya perlu gas," ungkap Liana.

Pewarta: Sella Gareta
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016