Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi III DPR dari Fraksi NasDem, Ahmad Sahroni, mengapresiasi capaian tim gabungan TNI-polisi dalam Satuan Tugas Tinombala dalam mengejar anggota kelompok teroris Santoso di pedalaman hutan pegunungan Tambarana, Poso, Sulawesi Tengah. 

"Apresiasi yang dalam untuk Polri dan TNI dalam upaya memberantas jaringan teroris di Indonesia," kata Sahroni, di Jakarta, Selasa.

Setelah sekian lama mengejar, dalam aksi baku tembak antara Satuan Tugas Tinombala dengan kelompok teroris di Pegunungan Tambarana, Poso, diduga menewaskan pimpinan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Santoso alias Abu Wardah.

Peristiwa baku tembak itu sendiri terjadi sekitar pukul 17.00 WITA. Awalnya, tim Satuan Tugas Tinombala menemukan lima orang tak dikenal, yang terdiri dari tiga laki-laki dan dua perempuan. Dua laki-laki terkena tembakan polisi, salah satunya diduga Santoso. Sementara tiga orang lainnya berhasil melarikan diri.

Sahroni meminta, pemberantasan jaringan dan sel-sel teroris di Indonesia harus dilakukan dengan tidak pandang bulu. Siapa saja yang mencoba membuat aksi teror dengan maksud dan tujuan tertentu, harus disikat habis hingga ke akar-akarnya.

"Jangan pandang bulu habiskan semua yang masih tersisa. Sekarang saatnya mematikan semua sel sel yang masih tersisa," ujar Sahroni.

Panglima TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, mengapresiasi kinerja Satuan Tugas Tinombala dalam membekuk jaringan kelompok bersenjata radikal Santoso di Poso, Sulawesi Tengah.

"Saya ucapkan apresiasi dan bangga kepada Satgas Tinombala yang terdiri dari TNI dan Polri atas kinerjanya dalam membekuk kelompok Santoso," kata dia, di sela-sela penganugerahan tanda kehormatan kepada Komandan Angkatan Bersentara Singapura. Letnan Jenderal Perry Lim, di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa petang.

Nurmantyo menilai capaian mereka memuaskan. Operasi Tinombala dipimpin Brigadir Jenderal Polisi Rudi Sufahriadi, dan Wakil Penanggung Jawab Operasi Tinombala, Brigadir Jenderal TNI Ilyas Alamsyah yang sehari-hari wakil asisten pengamanan kepala staf TNI AD. 

"Kami berterima kasih kepada Marinir TNI AL dan TNI AU, polisi, dan TNI AD atas kinerjanya. TNI AU juga dilibatkan dalam operasi ini, dengan mengerahkan drone yang selalu melihat pergerakan jaringan Santoso," kata dia. 

Menurut dia, kerja sama yang dibangun personel gabungan TNI dan polisi dalam Operasi Tinombala ini keterpaduan kerja bertahap dengan kesabaran. Contohnya, tim yang berhasil menewaskan Santoso dan Mukhtar ini, adalah prajurit dari Batalion 515 Raider Kostrad, yang berangkat 13 hari sebelum baku tembak dengan Santoso itu terjadi.

"Coba anda bayangkan sembilan orang berangkat membutuhkan waktu tiga hari untuk menempuh jarak sekitar 11 kilometer ke tempat persembunyian Santoso, sementara untuk sampai ke titik penyergapan membutuhkan waktu selama delapan hari," kata Nurmantyo. 

"Karena mereka bergerak malam hari dan mengendap-endap ke tempat-tempat yang sudah dicurigai dengan kampung istri Santoso," katanya.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016