Jakarta (ANTARA News) - Agustinus Gusti Nugroho, alias Nugie, sudah sejak lama terlibat gerakan peduli lingkungan hidup.

Selain beberapa lagunya yang mengangkat tema alam, Nugie juga terlibat aktif dalam organisasi lingkungan hidup seperti WWF dan WALHI.

Sehari-hari Nugie memilih menggunakan sepeda daripada mobil, yang hanya ia gunakan di sekitar rumahnya di Bintaro. Dia juga aktif kampanye menjaga kelestarian alam khususnya bagi warga kota. Berikut bincang-bincang Nugie dengan Antara News tentang  menjaga lingkungan.

Warga kota kadang berpikir “satwa liar yang harus dilindungi itu ada di hutan, jadi apa hubungannya sama saya”, bagaimana?

Masyarakat kota kadang-kadang nggak mau tahu tentang hal itu. Tapi, sebenarnya kalau dikasih tahu mau,  misalnya mengurangi konsumsi produksi turunan hutan Indonesia. Gue jujur nggak suka dengan kartu nama, karena “nggak berguna”. Lu akan buang kok. Ada yang benar-benar koleksi kartu nama? Nggak usah pakai, kan bisa catat di buku atau hape. Business card kan bisa sent. Ini kan kertasnya beda, berapa macam kertas yang dipakai.

Kita sudah tahu nih, tapi, mau nggak nurunin konsumsi kita untuk itu? Kenapa kertas paling bagus dari tempat-tempat itu? Karena tanahnya, udaranya, kekeringan pohonnya sangat membantu kualitas kertas. Kenapa kertas yang ramah lingkungan nggak laku? Karena masih mahal, nggak enak buat nulis. Itu kan faktor kebiasaan.

Buat gue, yuk sama-sama cari tahu. Nanti nggak ada hutan lagi. Ada hutan, tapi hutan beton hehehe. Lu akan jadi orang yang nggak tahu tentang apa pun, cuma beton beton beton. Nggak punya air, nggak ada udara.

Lalu, nggak ada lagi cerita tentang hutan?
Nggak ada. Lu jadi  mutan. Gue sih mikirnya gitu saja. Lo mau jadi mutan?  Hukum alam nggak pernah bisa ditawar.

Hewan liar yang pernah kamu lihat?

Gajah. Wuih bro, kalau lihat gajah di Sumatera, nggak bisa gerak. Mau yang gede atau kecil. Tapi, yang di habitat ya, bukan yang di capture. Nggak tahu ya, gajah itu kata orang, otak manusia dan gajah sama. Dia bisa sayang, dendam sama.

Badak, lihat di capture di Way Kambas yang mau dibalikin ke habitat. Dia dari kebun binatang mana, Amerika kalau nggak salah, habitat beda jadi dibalikin lagi. Badak Sumatera, kalau badak Jawa susah banget. Gue sempet narsis sama dia di Instagram. Gue bersyukur punya kesempatan itu, tapi, tidak harus seperti itu. Mereka seharusnya tidak terlalu banyak berinteraksi dengan manusia.

Harimau, tapi, dari camera trap dan pernah di capture. Itu jadi pengalaman yang tiada duanya. Nggak harus ketemu langsung karena katanya kan kalau ketemu harimau, mitosnya lo akan sial tujuh turunan. Gue sih percaya. Harimau kenapa harus dibiarkan di habitatnya? Karena dia memang kerajaannya di situ. Gue cukup respect sama dia, nggak usah ketemu deh. Ini luar biasa.  

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016