Bertahun-tahun Satya Dharshan meneliti, dan 16 tahun sejak penelitiannya pertama pada tahun 2000, dia berhasil menemukan sebuah proses yang dapat memisahkan komponen penting pada minyak.

Proses itu menggunakan mesin khusus dengan oksigen sehingga menghasilkan "proxide", "anisidine", "iodine" dan "aldehyde" yang selanjutnya disebut "dalethyne".

"Dalam bahas Ibrani dalet berarti empat, maka gabungan komponen ini dapat bekerja untuk proses penyembuhan luka," tutur pria yang lahir di Medan pada 1967 tersebut, di Jakarta, Selasa (9/8).

Mesin yang digunakan dan proses itu adalah ciptaanya, dia telah mendaftarkan dan mendapatkan hak ciptanya di "Intellectual Property Office United Kingdom" dengan nomor GB 2473440.

Alethyne tidak hanya berfungsi untuk mempercepat penyembuhan luka, tetapi bisa juga untuk mengatasi masalah jamur pada kaki, mengobati kulit melepuh, mengatasi kulit terbakar akibat matahari, menghilangkan bekas jerawat, mengobati gigitan serangga, mengatasi ruam popok pada bayi, mengatasi luka diabetes dan mengobati luka bekas herpes dan cacar kulit.

Untuk menghasilkan dalethyne, Satya menggunakan minyak zaitun, tetapi bukan berarti minyak yang lainnya tidak dapat menghasilkan dalethyne.

"Dalethyne bukan zat alami yang ada di dalam buah zaitun, zat itu dapat dihasilkan dari proses pemisahan komponen minyak, memang tidak semua minyak dapat menghasilkan dalethyne, ada beberapa minyak tertentu yang dapat dirposes menghasilkan dalethyne," ungkap pria yang menjabat sebagai CEO Dermozone Indonesia.

Dokter Bedah Plastik Rekornstruksi Donna Savitry menjelaskan, zat tersebut bekerja pada dinding sel dan inti sel sehingga disebut "cidal" dan membunuh bakteri-bakteri yang ada pada luka, oleh sebab itu luka dapat cepat sembuh jika menggunakan krim yang mengandung dalethyne.

Selain itu, zat tersebut dapat digunakan untuk luka kronis atau luka yang gagal dalam melalui peroses penyembuhan normal.

Pada luka kronis ini proses proliferasi tidak berlangsung dan menetap pada proses infalmasi, contohnya adalah luka penderita diabetes dan decubitus.

"Pasien saya penderita diabetea, kakinya luka parah, saya oleskan krim yang mengandung dalethyne. Dan dalam delapan minggu lukanya tertutup sempurna, tanpa tambahan antibiotik apapun," ucap dia.

Luka yang dialami penderita diabetes memang sulit disembuhka, karena di dalam luka tersebut mengandung berbagai macam bakteri.

"Pada dasarnya dalam proses penyembuhan, luka haruslah terbebas dari kuman dan juga berada di lingkungan yang lembab. Dalethyne sendiri dapat mematikan kuman dan melembabkan sehingga luka cepat sembuh," paparnya.

Keseimbangan kelembaban pada permukaan balutan luka adalah faktor kunci dalam mengoptimalkan perbaikan jaringan, dan mengeleminasi eskudat dari luka berlebih pada luka kronik.

Sembuhkan Infeksi Nosokomial
Tak hanya mempercepat penyembuhan luka, dalethyne juga dapat menyembuhan luka akibat infeksi nosokomial, hal itu ditemukan setelah Tim Imunologi Universitas Airlangga Surabaya yang dipimpin Airlangga Agung Dwi Wahyu Widodo mengujinya.

Infeksi Nosokomial adalah infeksi yang terjadi di lingkungan rumah sakit, dan bakteri yang menginfeksi sudah resisten dengan antibiotik dan dapat menjangkit pasien dan juga tenaga kesehatan.

Akibatnya banyak pasien yang dirawat meninggal setelah kena infeksi nosokomial.

Dokter Imunologi dari Universitas Airlangga Agung Dwi Wahyu Widodo mengatakan pasien dapat terjangkit infeksi tersebut setelah dua sampai tiga hari menginap di rumah sakit, hal tersebut dapat disebabkan karena manajemen rumah sakit yang tidak baik.

Ada beberapa penyakit yang sering terjadi akbiat infeksi nosokomial antara lain infeksi saluran kemih, infeksi aliran darah, pneumonia dan infeksi pada luka operasi.

"Misalnya, seorang pasien stroke dirawat di rumah sakit, maka beberapa hari kemudian dia terkena infeksi saluran kemih, dia bisa saja terkena infeksi nosokomial," jelasnya.

Bakteri penyebab infeksi nosokomial menjadi resisten terhadap antibiotik, bakteri-bakteri itu memilki kemampuan menghasilkan enzim "betalactamase" dan sejenisnya.

Menurut Agung bakteri ini pun dapat bertahan lama di dalam ruangan jika tidak dibersihkan.

"Kalau ruangan itu tidak segera disterilkan maka kuman-kuman tersebut dapat hidup hingga tujuh sampai dua tahun, dan bisa menular," imbuhnya.

Salah satu bakteri penyebab infeksi nosokomial yang dapat mengamcam jiwa adalah "methicillin-resistant staphylococcus aureus" (MRSA).

"Kalau MRSA ditemukan di dalam darah, beberapa hari kemudian bisa meninggal," tegasnya.

Infeksi nosokomial ini tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga ancaman di rumah sakit seluruh dunia, dan infeksi ini menjadi penyebab kematian terbesar pasien saat menjalani perawatan di rumah sakit.

Berdasarkan data WHO (badan kesehatan dunia) tahun 2016, tercatat tujuh kasus dari 100 penderita masuk rumah sakit di negara berkembang dan 10 kasus dari 100 orang di negara sedang berkembang yang terinfeksi MRSA.

Sementara di negara maju, seperti Eropa dan Amerika Serikat sekitar 7,1 persen dan 4,5 persen.

Lebih dari 20 persen infeksi nosokomial terjadi di ruang ICU dan sepsis (kondisi medis serius di mana terjadi peradangan di seluruh tubuh yang disebabkan oleh infeksi) merupakan penyebab utama kematian pada pasien, khususnya mereka yang dirawat di ruang ICU umum dan beda ICU.

Untuk itu, diperlukan manajemen luka yang lebih baik guna mencegah terjadinya sepsis atau masuknya kuman melalui luka.

Pada 2016, tim Imunologi Pasca-Sarjana Universitas Airlangga melakukan uji zat aktif dalethyne terhadap mikroba penyebab infeksi nosokomial antara lain "Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Streptococcus pyogenes, Pseudomonas aeruginosa, MRSA, Extended Spectrum Beta Lactam" (ESBL) terdiri dari "Escehedrichic coli" dan "Klebseilla pneumoni" serta "Klebseilla pneumonia carbapenemase" (KPC).

"Kami menemukan dalethyne dapat membunuh kuman-kuman tersebut dengan konsentrasi 50 persen, jadi dapat dikatakan zat ini adalah cidal (membunuh kuman seketika). Dengan ini bila terjadi infeksi dengan kuman itu pada luka, maka zat aktif ini menjadi terapi utama di rumah sakit dan layanan kesehatan lainnya," papar yang menjadi ketua penelitian tersebut.

Dalethyne ini pun dapat membunuh beberapa bakteri seperti MRSA, ESBL dan KPC serta membunuh jamur (Candida).

Dia mengatakan zat ini juga dapat memperbaiki infeksi dalam proses penyembuhan luka dan remodeling luka.

"Terpenting dari semua itu, zat aktif ini ditemukan oleh anak bangsa Indonesia bernama Kayapan Satya Dharshan, dan diuji oleh Prodi Imunologi Unair. Kami yakin hasil riset ini dapat memberikan dampak sosial secara global, terutama di bidang kedokteran," ujar Agung.

Oleh Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016