Pekanbaru (ANTARA News) - Dua unit helikopter jenis MI-8 dan MI-171 yang selama ini digunakan dalam operasi pengeboman air dalam upaya penanggulangan kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau tidak beroperasi.

"Dua heli tersebut sedang dalam perawatan untuk 100 jam terbang dan perbaikan rutin," kata Kepala Dinas Operasi Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin Kolonel Pnb Yani Amirullah di Pekanbaru, Rabu.

Ia menjelaskan perawatan rutin 100 jam terbang dilakukan pada helikopter jenis MI-8, sementara MI-171 dilakukan perbaikan dengan mendatangkan teknisi dari Palembang.

Selain itu, satu unit pesawat "Air Tractor" (AT) yang juga dimanfaatkan untuk pengeboman air tidak dioperasikan karena dalam rangka perpanjangan izin terbang.

Satgas Udara Kebakaran Hutan dan Lahan Riau saat ini menyiagakan dua unit helikopter jenis MI-8 dan MI-171 serta dua AT yang seluruhnya dimanfaatkan untuk pengeboman air. Seluruh helikopter dan pesawat bermarkas di Pangkalan Udara (Lanud) Roesmin Nurjadin.

Dengan adanya perbaikan dan perawatan serta perpanjangan izin, praktis untuk hari ini upaya pemadaman hanya mengandalkan satu AT.

"Kita maksimalkan dengan pesawat yang ada untuk patroli dan pengeboman air dengan pesawat Air Tractor," jelasnya.

Selain itu, dia juga mengatakan upaya penanggulangan dilakukan dengan pesawat Cassa yang dioperasikan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk membentuk hujan buatan.

"Tadi kita sudah koordinasi dan petakan awan-awan yang berpotensi untuk membentuk hujan," lanjutnya.

Sementara itu, dua Helikopter Bell 214 bantuan BNPB yang tiba di Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru pada Minggu (7/8) diterbangkan ke Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah untuk memaksimalkan penanggulangan kebakaran hutan di wilayah tersebut.

"Heli Bell 214 diterbangkan kemarin (Rabu, 10/8) ke Pangkalan Bun. Informasinya, BNPB akan mengganti dengan Helikopter Sikorsky, meski belum pasti. Tapi kita siap menerima bantuan tersebut," jelasnya.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menyatakan, 54 titik panas di Sumatera dengan memiliki tingkat kepercayaan kebakaran lahan dan hutan di atas 50 persen pada Kamis hari ini terkonsentrasi di Provinsi Riau, sehingga daerah tersebut rawan terbakar.

Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, Slamet Riyadi mengatakan Riau adalah provinsi dengan sebaran titik panas terbanyak total 29 titik, dibanding dengan daerah lain atau lima provinsi terdeteksi satelit dari total 10 provinsi di Sumatera.

Slamet merinci 29 titik panas di Riau terdapat di delapan daerah seperti Kabupaten Pelalawan delapan titik, Kabupaten Bengkalis dan Kota Dumai sama-sama terpantau lima titik.

Lalu Kabupaten Kampar empat titik panas, Kabupaten Siak tiga titik, Kabupaten Kepulauan Meranti dua titik, sedangkan Kabupaten Rokan Hulu dan Kabupaten Indragiri Hilir terdeteksi masing-masing berbagi sumbangan satu titik panas.

Dari total jumlah titik panas di Riau tersebut, lanjutnya, dengan tingkat kepercayaan di atas 70 persen yang menandakan titik api atau kebakaran lahan dan hutan terutama lahan gambut terjadi di 14 titik dengan sebaran di enam daerah.

Dumai dan Kampar sama-sama menyumbang empat titik dengan lokasi berada di Bukit Kapur serta Sungai Sembilan masing-masing dua titik dan XII Koto Kampar dua titik, Kampar Kiri serta Kampar Timur berbagi sama satu titik.

Lalu Bengkalis terpantau tiga titik api yakni di Rupat dua titik dan Pinggir satu titik, sedangkan Kepulauan Meranti, Pelalawan dan Rokan Hulu sama-sama memberi sumbangan satu titik.

Pewarta: Fazar Muhardi dan Anggi Romadhoni
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016