Padang (ANTARA News) - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir meminta universitas mengembangkan riset sesuai dengan bidang yang diunggulkan sehingga tidak perlu harus merambah semua bidang.

"Ke depan saya ingin perguruan tinggi di Indonesia harus fokus melakukan riset sesuai dengan kekuatan sumber daya yang dimiliki", kata menteri di Padang, Jumat.

Ia menyampaikan hal itu pada kuliah umum di Universitas Andalas dengan tema "Kebijakan Peningkatan Publikasi Kekayaan Intelektual Hilirisasi dan Komersialisasi Riset" dalam rangka Lustrum Unand ke-12.

Menurut dia, riset yang paling dominan saat ini adalah bidang kesehatan dan pengobatan, teknologi informasi dan lainnya.

"Kebijakan riset nasional yang dikembangkan saat ini adalah riset berbasis hasil serta anggaran tahun berjangka," katanya.

Ia mengkritik riset di perguruan tinggi selama ini yang kalau sudah sampai tahap publikasi kemudian selesai.

"Padahal riset harus sampai tahap aplikasi yang menghasilkan produk yang dapat digunakan agar semua hasil riset dapat dimanfaatkan," ujarnya.

Ia memberi contoh sapi yang ada di Indonesia rata-rata berat badannya 250 kilogram sementara sapi Australia ada yang beratnya sampai dua ton.

Riset yang harus dilakukan adalah bagaimana sapi yang 250 kilogram beratnya bisa mencapai satu ton, kelihatannya mimpi tapi bisa dilakukan melalui perbaikan genetika, ujar dia.

Kemudian jika ada peneliti asing yang melakukan riset di Indonesia harus melakukan kolaborasi dengan peneliti dalam negeri sehingga lahir inovasi baru.

Sehingga pada 2045 diharapkan Indonesia akan berdaya saing berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi, kata dia.

Ia mengakui anggaran riset di Tanah Air kecil hanya 0,09 persen dari produk domestik bruto atau Rp15 triliun pada tahun ini.

Menurut dia, di Singapura anggaran riset mencapai 0,62 persen, Malaysia satu persen bahkan Korea Selatan sudah empat persen.

Sumber daya peneliti terbatas karena lebih banyak yang sarjana disamping minimnya laboratorium yang memadai sehingga semua ini harus direvitalisasi, ujarnya.

Kemenristekdikti menyiapkan beasiswa untuk menambah jumlah peneliti tamat S2 dan S3, ada 2.000 beasiswa untuk dalam negeri dan 300 di luar negeri, lanjutnya.

Sementara Rektor Universitas Andalas Tafdil Husni mengatakan pada tahun ini pihaknya memberikan dana alokasi khusus untuk semua guru besar dalam melakukan penelitian dengan sejumlah persyaratan yang ditetapkan.

Ia menyebutkan saat ini Unand memiliki 912 orang peneliti dan anggaran pada 2014 sebesar Rp15,5 miliar dan pada 2016 naik menjadi Rp35,1 miliar.

Pewarta: Ikhwan Wahyudi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016