Jakarta (ANTARA News) - PT Bumi Suksesindo (BSI) memastikan bahwa di sekitar areal lokasi penambangan emas di Tumpang Pitu, Kecamatan Pesanggarahan, Kabupaten Banyuwangi, Jatim, tidak terdapat areal lahan jagung seluas 300 hektar yang gagal panen.

Penegasan ini disampaikan External Relation PT BSI, Bambang Wijonarko, saat dihubungi dari Jakarta, Jumat, menanggapi tuduhan sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) tentang adanya petani gagal panen akibat terendam banjir terkait aktivitas pertambangan di Tumpang Pitu.

"Silakan dicek dan ditunjukkan lahan dan petani jagung di daerah mana di sekitar tambang kami yang gagal panen. Kami terbuka jika memang ada fakta seperti itu," katanya.

Bambang menjelaskan, setelah mendengar adanya informasi mengenai 300 hektar lahan petani jagung gagal panen, perusahaan langsung melakukan pengecekan ke sekitar wilayah tambang.

Hasilnya, ternyata tidak ditemukan adanya lahan jagung seluas 300 hektar yang terendam banjir dan gagal panen tersebut.

"Daerah di sekitar kami beroperasi adalah daerah landai. Setiap tahun, secara alami daerah-daerah tersebut tergenang air pada saat musim hujan. Para petani yang sebagian besar merupakan pesanggem, yang dekat daerah kami, memanfaatkan lahan negara di daerah itu untuk bercocok tanam," ujarnya.

Bambang juga mengungkapkan bahwa banjir yang sempat melanda Sungai Katak dan membuat kekeruhan di wilayah Pantai Merah, Banyuwangi, merupakan dampak tingginya intensitas hujan di hulu sungai dan wilayah Pulau Merah.

Dia juga menegaskan pada 13 Agustus 2016 di wilayah Sungai Katak dan Pulau Merah tidak terjadi banjir lumpur.

Namun akibat tingginya curah hujan selama empat hari berturut-turut, mulai dari tanggal 9-12 Agustus mencapai 225 mm, membuat limpahan air dari wilayah hulu menggerus tanah di sepanjang Sungai Katak dan membuat keruh.

Ia menyebut, tahun ini sangat anomali jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya karena sesuai data BSI, pada Agustus curah hujan cenderung rendah. Pada 2015, curah hujan di Pulau Merah hanya 5.0 mm dan Sungai Katak 9.0 mm.

"Bisa dibayangkan, dengan curah hujan hampir 55 kali lipat dibandingkan kondisi biasa, intensitas air di Pulau Merah dan Sungai Katak menjadi luar biasa. Apalagi hujan dengan intensitas tinggi itu turun empat hari terus menerus," tambahnya.


(E008/B012)

Pewarta: Edy Sujatmiko
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016