Surabaya (ANTARA News) - "Innalillahi wa inna illahi Rojiun. Telah berpulang ibu kami Hj Sulistina Sutomo, pagi ini jam 01.42. Jenazah akan diberangkatkan ke Surabaya hari ini, dari rumah duka Jl Haji Muhasyim Buntu No 45, Tarogong, Fatmawati, Cilandak Barat.. Salam".

Begitu isi pesan melalui Whatsapp yang dikirim Bambang Sulistomo, putra Sulistina Sutomo yang juga istri pahlawan nasional Bung Tomo, kepada kerabatnya di Surabaya, AH. Thony.

Setelah diteruskan, isi pesan tersebut terkirim secara viral di hampir seluruh sosial media.

Mulai Rabu dini hari, sampai pagi hingga menjelang siang, tak berhenti pesan tersebut. Ucapan belasungkawa dan turut duka cita terus mengalir.

"Innalillahi wainnalillahi rojiun.. semoga almarhumah khusnul Khotimah dan mendapat tempat yg mulia disisi Allah SWT sesuai amal ibadah almarhumah, Aminnn Allahuma Aminnn Ya Robbal Alaminnn..." begitu mayoritas isi balasan dari para anggota grup.

Tidak berhenti sampai di situ, AH. Thony mendapat pesan berikutnya, yang berisi, "Cak , ibu diberangkatkan dari Halim PK dgn Batik Air jam 12:50. Sampai di Suroboyo dishalatkan di Masjid Agung Suroboyo, baru ke Makam Ngagel. Suwun.

Bagi Bapak/Ibu/Saudara yang ingin ikut menshalatkan, memberi penghomatan terakhir dengan cara ikut menghantarkan Almarhumah menuju makam ngagel, titik kumpulnya bisa di Masjid Agung pukul 14. 00. WIB. Terima kasih".

Melalui konfirmasi pesan itu, tersiar kabar bahwa Sulistina Sutomo telah meninggal dunia di usia 91 tahun pada Rabu dini hari pukul 01.42 WIB setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit di Jakarta.

"Iya benar, saya menerima kabar langsung dari Bambang Sulistomo, anak kandungnya Bu Sulistina tadi dini hari," kata AH. Thony, yang juga seorang tokoh di Surabaya, ketika dikonfirmasi melalui ponselnya.

Jenazah Sulistina Sutomo diterbangkan ke Surabaya menggunakan Pesawat Batik Air pukul 12.50 WIB dari Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta.

Tiba di Bandara Juanda, jenazah diantar menuju Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya untuk disemayamkan, kemudian dishalatkan bersama ratusan jamaah, termasuk Gubernur Jawa Timur Soekarwo beserta istri, Nina Kirana.

Jenazah yang diantar menggunakan ambulans diiringi puluhan mobil pelayat berikut petugas pengawal dari Polri maupun TNI tiba di TPU Ngagel sekitar pukul 15.50 WIB.

Prosesi pemakamannya berlangsung sederhana. Setelah dikeluarkan dari ambulans, jenazah yang semula berada di dalam peti, dikeluarkan dan dimasukkan ke liang lahat.

Kemudian dipimpin seorang ustadz, pembacaan doa dilantunkan, dan ratusan pelayat yang terdiri dari warga, berbagai komunitas, elemen pemuda, puluhan veteran, hingga personel prajurit TNI (AD, AL dan AU) turut berdoa.

Sebelum berdoa, keluarga, kerabat maupun Forpimda Jatim yang hadir tak lupa menabur bunga sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada almarhumah.

Berikutnya, Gubernur Jatim Soekarwo mewakili Forpimda memberikan sambutan dan mengucapkan belasungkawa, sekaligus meminta keluarga agar sabar menghadapi ujian dari Allah SWT.

"Saya atas nama Gubernur dan masyarakat Jatim merasa benar-benar kehilangan sosok seorang perempuan sekaligus ibu yang hebat. Sikap dan perilakunya selama hidup wajib diteladani, terutama dari kalangan generasi muda," kata Pakde Karwo, sapaan akrabnya.

Orang nomor satu di Pemprov Jatim itu mengatakan pihaknya akan mewujudkan keinginan almarhumah sebelum meninggal yakni mendirikan Taman Perdamaian di Trowulan, Mojokerto.

"Nanti pasti akan saya wujudkan mimpi beliau. Karena memang sebelumnya Pemprov Jatim juga terlibat di dalamnya," katanya.

Pakde Karwo mengaku terakhir bertemu dengan Sulistina saat menikahkan putri bungsunya, Kartika, pada Maret 2016. Bahkan, saat itu, Sulistina juga menjadi saksi akad nikah putrinya.

"Setelah itu saya tidak pernah bertemu dengan beliau lagi," kata mantan Sekdaprov Jatim tersebut.

Kendati demikian, ia mengatakan dia terus memantau kondisi kesehatan Sulistina saat sakit, termasuk saat Sulistina sedang dirawat di ruang ICU.

"Istri saya juga tanya ke putri ketiga beliau karena teman S2, tentang kondisi kesehatan beliau," katanya.

Menurut Soekarwo, Sulistina merupakan sosok wanita yang kuat, sebab peranan Sulistina terhadap perjuangan Bung Tomo sangat dominan.

"Bu Sulistina itu sendiri kan pejuang, karena merupakan perawat di PMI saat perang kemerdekaan," katanya.


Pesan Almarhumah

Putra kandung Sulistina Sutomo, Bambang Sulistomo, menyampaikan bahwa sebelum meninggal dunia ibunya berpesan agar rakyat Indonesia jangan sampai mengkhianati Merah Putih, yaitu Bangsa Indonesia.

"Ibu berpesan jangan sampai berkhianat pada merah putih yang berarti Bangsa Indonesia, sebab saat perjuangan sangat banyak rakyat Indonesia menjadi korban mempertahankan bangsa," katanya di sela prosesi pemakaman jenazah ibunya.

Pesan tersebut tak hanya dikatakan sesaat sebelum meninggal dunia, namun selalu disampaikan kepada keluarga setiap saat agar tak berhenti mencintai Tanah Air.

Menurut dia, ucapan dari sang ibu menjadi motivasi dan pelecut bagi keluarga maupun rakyat Indonesia untuk tidak melukai Negara, terutama pada era sekarang ini.

"Ibu selalu bilang ke anak-anaknya seperti itu. Dulu, rakyat berkorban tanpa pamrih jadi jangan khianati apa yang sudah diperjuangkan oleh para pejuang," ucap putra kedua pahlawan nasional Bung Tomo tersebut.

Sementara itu, pada saat menjelang meninggal dunia, Bambang Sulistomo yang saat itu berada di RSPAD Gatot Subroto bersama sanak keluarganya mengaku tabah dan ikhlas saat ibunya menghembuskan nafas terakhir.

"Terakhir, ibu meninggal dalam keadaan damai, tenang dan semuanya hadir, termasuk kakak serta adik melihat ibu. Saat itu ibu tampak tersenyum," katanya.

Mewakili pihak keluarga, pihaknya berterima kasih kepada Presiden RI Joko Widodo dan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla, termasuk Panglima TNI Jenderal Gatot Narmantyo yang telah membantu secara penuh, mulai dari rumah sakit hingga proses pemakaman.

"Terima kasih pula kami sampaikan kepada warga Surabaya pada khususnya dan warga Indonesia pada umumnya. Mohon dimaafkan jika almarhumah ada kesalahan, serta semoga amal ibadah beliau diterima Allah SWT," katanya.

Kepada sanak saudara dan keluarganya, Bambang Sulistomo berharap diberikan kekuatan karena sekarang masih merasakan seperti mimpi kehilangan sosok seorang ibu.

Selama dirawat dua minggu di rumah sakit, kata dia, ibunya terkena gejala paru-paru tidak sempurna, sering batuk yang saat itu masuk ke paru-paru.

"Lendir di paru-paru beliau sudah semakin banyak, dan karena sudah sepuh juga jadi sistem metabolisme tubuh menurun," katanya sembari mengatakan bahwa ibunya berpesan agar dimakamkan persis di samping makam suaminya, Bung Tomo.


Bisa Diusulkan Jadi Pahlawan

Sementara itu, terdapat usulan bahwa Sulistina Sutomo diusulkan menjadi pahlawan nasional, seperti halnya Bung Tomo. Menanggapinya, Bambang Sulistomo mengaku tak keberatan.

"Keluarga tidak keberatan dan akan mendukung jika gelar itu dinilai layak disandangkan kepada ibu," katanya.

Menurut dia, selama prosedur dan syarat-syarat dilakukan secara benar sesuai aturan, usulan tersebut dipersilakan untuk ditindaklanjuti.

"Kami terima kasih sekali karena ibu diusulkan bergelar pahlawan, tapi sekali lagi prosesnya sesuai aturan yang diberlakukan," ucapnya.

Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa ditemui usai menjadi pembicara di hadapan 7.000-an mahasiswa baru Universitas Airlangga Surabaya, menilai Sulistina Sutomo bisa saja diusulkan menjadi pahlawan nasional seperti halnya Bung Tomo.

Mensos menyampaikan saat ini tercatat ada 163 pahlawan nasional dan hanya 13 di antaranya merupakan pahlawan perempuan.

Karena itulah, kata dia, istri Bung Tomo juga bisa menjadi pahlawan nasional, asalkan ada yang mengusulkan dan nantinya akan diteliti oleh Tim Penilai Gelar Kepahlawanan Nasional.

"Tapi, Kemensos sudah mempunyai apresiasi untuk para pahlawan nasional berupa bantuan silaturrahim yang diberikan kepada pahlawan nasional dan keluarganya hingga generasi kedua. Kalau Bung Tomo itu mulai dari Bung Tomo dan istrinya hingga anaknya akan mendapatkan bantuan itu," katanya.

Oleh Fiqih Arfani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016