Jakarta (ANTARA News) - Staf Ahli Menteri Pemuda dan Olahraga Yuni Poerwanti di Jakarta, Kamis menegaskan kebiasaan berolahraga, terutama bagi anak-anak, harus dimulai dari keluarga karena dengan berolahraga, badan tidak hanya lebih sehat, tapi meningkatkan daya tahan tubuh.

"Pola hidup sehat harus ditularkan kepada seluruh anggota keluarga, namun tidak banyak keluarga yang suka berolahraga dan punya waktu untuk melakukanya secara teratur," kata Yuni di Kantor Kemenpora Jakarta.

Olahraga bagi anak-anak, menurut Yuni tidak hanya bertujuan untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh, tapi juga tempat mereka bersosialisasi, mendorong perilaku sportif, membangun rasa percaya diri dan belajar untuk meningkatkan kerjasama dengan orang lain.

"Kita melihat bahwa sekarang ini banyak anak-anak yang mengalami obesitas karena kurang gerak dan lebih tertarik dengan gadget dibanding olahraga," katanya.

Berdasarkan data dari Badan PBB untuk Urusan Anak-Anak (UNICEF), jumlah anak-anak kegemukan atau obesitas di Indonesia, tercatat paling tinggi di antara negara-negara kawasan Asia Tenggara, yaitu 12,2 persen, jauh dibanding Thailand dan Malaysia yang dibawah sepuluh persen.

Sehubungan dengan Hari Olahraga Nasional (Haornas) yang diperingati setiap 9 September, Yuni mengimbau para orang tua agar mendorong anak-anak mereka untuk menggemari olahraga dengan cara memilih jenis olahraga yang disukai.

"Keluarga tidak harus memilih olahraga yang serius, tapi bisa dengan mempraktekkan olahraga permainan dan menyenangkan, misalnya bermain bola di lapangan rumpat, bulutangkis, tenis meja atau basket," katanya.

Sebagai langkah pertama, Yuni mengatakan bahwa orang tua harus memberikan contoh kepada anak-anak untuk melakukan kegiatan olahraga, meski hanya sekedar jalan pagi atau joging.

Apabila kebiasaan tersebut sudah terbentuk, maka akan mudah untuk mengajak seluruh anggota keluarga untuk berolahraga, meski pada awalnya ada yang tidak suka dan lebih memilih tidur sampai siang pada hari libur.

Selain di lingkungan keluarga, sekolah juga wajib untuk mendorong aktivitas olahraga dengan menyediakan fasilitas memadai dengan waktu yang lebih lama.

Yuni menyatakan keprihatinannya dengan sangat terbatasnya jam pelajaran untuk pendidikan jasmani dan olaraga di sekolah, serta sistem proses belajar dan mengajar yang masih sangat tradisional.

"Sekarang ini, rata-rata jam pelajaran di sekolah tingkat dasar hanya 80 menit per seminggu. Itu sangat tidak mencukupi untuk membentuk peserta didik (siswa) yang bugar dan memiliki produktivitas belajar."

Dengan gemar berolahraga diyakini dapat menjadi mata rantai yang tersambung ke peningkatan prestasi akademis bagi peserta didik, termasuk belajar memupuk sportivitas.

Penambahan jam pelajaran pendidikan jasmani dan olahraga dari rata-rata 80 menit perminggu ke angka ideal 120 menit perminggu diluar ekstra kulikuler yang menjadi kegeraman peserta didik, perlu menjadi gerakan yang seirus terutama Kementerian pengampu Pendidikan.

Menyambut Hari Olahraga Nasional pada 9 September mendatang di Sidoarjo, Jawa Timur, Yuni meminta Presiden Joko Widodo sebagai kepala negara agar mencanangkan penambahan jam pendidikan jasmani dan olahraga, sekaligus juga memerintahkan Menteri Pendidikan untuk menambah jam yang ada.

"Ini amanat Undang-Undang tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Jika tidak ada perintah dari atas maka undang-undang tersebut tidak segera terimplementasikan," katanya menambahkan.

Pewarta: Atman Ahdiat
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016