Mekkah (ANTARA News) - Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono mengatakan jumlah jamaah yang harus melakukan safari wukuf hingga Kamis pukul 12.00 waktu Arab Saudi adalah 158 orang.

"Jumlah sampai dengan hari ini, siang tadi jam 12.00 masih ada 58 orang dirawat di rumah sakit Arab Saudi, 51 orang di Mekah, tujuh orang di Madinah. Yang ada di Klinik Kesehatan Haji Indonesia 99 orang," katanya.

Namun, kata dia, untuk kepastian jumlahnya baru dapat ditentukan H-1 wukuf pada 10 September karena data tersebut belum termasuk jumlah pasien di klinik sektor.

Untuk mengangkut mereka ke Padang Arafah, tim kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi akan menggunakan 10 bus yang terdiri dari enam bus untuk jamaah yang dapat duduk dan empat bus untuk jamaah yang harus berbaring.

"Ada 160 seat yang kita siapkan," kata Anung merujuk pada kapasitas bus-bus itu.

Namun menurut Anung mengingat bus belum siap maka pihaknya belum dapat mereka konfigurasi bus untuk disesuaikan dengan kondisi jamaah.

"Mestinya konfigurasinya sesuai dengan jamaah kita yang perlu perawatan," katanya.

Ia menambahkan bus-bus tersebut dijanjikan siap pada Jumat (9/9).

"Mudah-mudahan besok pagi bisa lihat bus itu di depan KKHI.

Mudah-mudahan nanti kalau yang di jamaah berbaring bisa disisipkan kursi jamaah setengah berbaring," katanya merujuk pada peluang skenario bus.

Ia juga menyebutkan terdapat enam ambulans yang disediakan KKHI untuk keperluan tersebut. Terdapat juga 20 ambulans sumbangan Muassasah atau pihak swasta yang ditunjuk pemerintah Arab Saudi untuk mengurusi haji.

Namun menurut Anung untuk setiap kasusnya masih menanti rekomendasi dokter spesialis mengingat perjalanan ke Arafah yang seringkali macet dapat berbahaya bagi pasien.

Ia mencontohkan, seorang pasien kanker akan aman untuk dibawa keluar selama satu jam namun lebih dari itu bisa jadi membahayakan nyawanya.

"Kalau ritualnya di Arafah kan sebenarnya lima menit cukup. Tapi macet-macetnya itu yang kita tidak bisa memperkirakan. Itulah yang menjadi dasar kita menentukan jamaah mau disafari wukufkan atau dibadalkan," katanya seraya mengatakan tidak menutup kemungkinan jamaah yang tadinya akan disafariwukufkan kemudian menjadi dibadalkan karena macet.

Anung mengatakan pada prinsipnya tim kesehatan ingin memastikan ketika jamaah diberangkatkan safari wukuf maka ketika pulang tidak menjadi makin parah.

Pada kesempatan itu ia menjelaskan secara umum ada tiga kategori jamaah. Kelompok satu adalah kelompok yang bisa dikelola oleh dokter kelompok terbang (kloter) yang artinya jamaah yang sehat.

Kelompok dua adalah jamaah yang masih bisa dikelola dokter kloter tapi dengan pendampingan khusus jadi jamaah yang sakit tapi masih bisa dikelola dokter kloter.

"Tadi kami mengusulkan melalui teman-teman di sektor kalau bisa jamaah yang seperti ini dikelompokkan dalam satu bus tersendiri sejak berangkat dan dari pemondokan terus dijaga oleh dokter dan paramedis di situ," katanya.

Kelompok ketiga adalah jamaah yang harus melakukan safari wukuf.

Sisanya, menurut Anung, adalah mereka yang harus dibadalhajikan karena sudah tidak mampu lagi melakukan ibadah.

Safari wukuf adalah kegiatan membawa jamaah yang sakit menuju Arafah dengan menggunakan moda transportasi. Setelah berhenti sejenak jamaah yang sakit kembali dibawa ke fasilitas kesehatan.

Sementara badal haji adalah mewakilkan haji seseorang yang tidak mampu lagi berhaji atau telah meninggal.

(T.G003/B/A026/B/A026)

Pewarta: Gusti NC Aryani
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016