Pembawa perubahan. Mungkin itu yang dapat disematkan pada sosok Menteri Agama periode 2004-2009, Muhammad Maftuh Basyuni, terkait penyelenggaraan haji. Bagi sejumlah orang yang pernah bekerja bersamanya, sosok Maftuh Basyuni, dinilai sebagai perintis sejumlah kebijakan dasar yang mengubah pelaksanaan haji menjadi lebih baik.

"Beliau sosok yang sangat tegas. Beliau juga integritasnya sangat tinggi. Komitmen terkait peningkatan pelayanan jamaah haji sangat terlihat," kata Kepala Daerah Kerja Mekkah Arsyad Hidayat.

Arsyad yang menjabat sebagai Sekretaris Daker Mekkah pada 2007 mengakui jika peningkatan pelayanan tersebut dapat dirasakan jamaah dan petugas yang ada di Arab Saudi dan Tanah Air hingga sekarang.

Salah satu perubahan mendasar yang digagas Maftuh menurut Arsyad adalah pembagian kontrak katering 50:50 antara pihak muasassah atau pihak swasta yang ditunjuk Pemerintah Arab Saudi untuk mengurus haji dan Indonesia. Menurut Arsyad, perubahan kebijakan itu menciptakan iklim persaingan untuk memberikan layanan terbaik.

Tak hanya pada Arsyad, sosok mantan menteri kelahiran Rembang itu juga meninggalkan kesan mendalam pada Samidin Nashir -- Kepala Satuan Operasional (satop) Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armina) pada tahun 2005. Ia menyebut Maftuh Basyuni sebagaj seorang reformis dalam penyelenggaraan ibadah haji.

"Saat saya membantu beliau menangani manajemen, banyak perubahan yang dilakukan beliau dalam penataan penyelenggaraan haji," katanya. Perubahan-perubahan itu, kata dia, tujuannya adalah memberikan kelancaran, kemudahan, dan keamanan terhadap jamaah haji sehingga bisa melaksanakan ibadah haji dengan sebaik-baiknya. Ia mencatat kebijakan paling menonjol adalah masalah pembentukan satuan operasional Armina pada 2005.

Menurut dia, semula Armina dibagi menjadi daerah-daerah kerja tapi tidak efektif, akhirnya diubah menjadi Satop Armina yang terpadu penanganan atau pengendalian masalah pelayanan jamaah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina-Jamarat.

"Setelah kita tata operasional Armina dengan manajemen yang biasa diterapkan di TNI-Polri ketika menghadapi satu operasi, hasilnya luar biasa," katanya.

Ia menilai dengan adanya Satop Armina maka petugas bisa siap tepat waktu sesuai jadwal yang ditentukan, baik di pos yang ada di Jamarat maupun Mina, sehingga tidak ada satupun jamaah ketika datang di tempat itu, tidak terlayani petugas.

"Pak Maftuh seorang reformis, orang yang tegas, orang yang memegang teguh prinsip," kata Samidin yang saat ini tercatat sebagai Ketua Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI).

Pembentukan Satop Armina di era Maftuh Basyuni juga meninggalkan kesan tersendiri bagi Jaetul Muchlis yang pernah bertugas sebagai Wakil Ketua Subsektor 17 Mahbas Jin (2005 dan 2006).

Jaetul yang saat ini menjabat Kepala Satop Armina pada PPIH 1437 Hijriah mencatat Maftuh sebagai inisiator keterlibatan personel TNI/Polri dalam Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) tahun 2005.

"Waktu itu ada 30 personel TNI dan Polri yang dilibatkan oleh beliau. Dikumpulkan sama beliau di ruangan khusus dan beliau menekankan dan mengharapkan TNI/Polri memberikan kontribusi signifikan," katanya.

Sejak itu, kata Jaetul, TNI/Polri selalu dilibatkan. "Saat itu beliau mengatakan untuk lebih tertibnya penyelenggaraan haji, maka teman-teman TNI/Polri dilibatkan. Walaupun saat itu banyak tantangan, beliau mengambil sikap ini."

Kepergian Menteri Agama era Kabinet Indonesia Bersatu pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Selasa (20/9) di RSPAD Gatot Subroto Jakarta Pukul 18.30 WIB itu memang terbilang mengejutkan bagi sejumlah petugas haji, bahkan untuk sang dokter pribadi.

Ramon Andrias yang menjabat sebagai dokter keluarga sejak 2004 mengaku kesehatan Maftuh Basyuni tidak pernah menunjukkan masalah yang serius.

"Pak Maftuh rutin general check up dan tidak pernah ketemu penyakitnya. Yang saya takutkan malah jantungnya. Alhamdulillah normal terus, kita kontrol. Memang ada gangguan ginjal, tapi masih terkontrol lah. Yang sakit paru itu yang baru kita tahu tiga bulan terakhir ini," tuturnya saat ditemui di sela tugasnya sebagai penghubung kesehatan Daker Mekkah.

Namun ia mengakui jika Maftuh Basyuni adalah sosok yang sangat aktif dan teguh dengan prinsip sehingga masih bekerja hingga akhir hayat.

"Pak Maftuh, orangnya tegas, tidak pernah mau diam. Sampai akhir hayat masih kerja," katanya tentang Ketua BWI (Badan Wakaf Indonesia), di Yayasan Dharmais dan Ketua pengurus Masjid At tin itu.

Ramon menjadi saksi bahwa di saat sakit Maftuh masih memanggil pengurus BWI untuk menyelesaikan masalah internal.

"Dia orangnya tetap aktif jadi tidak bisa kita larang. Mungkin juga kalau beliau tidak kerja, mungkin bisa kapan-kapan sakitnya. Penyakit yang ini baru tiga bulan terdeteksi," katanya.

Sementara itu pemakaman anggota pasukan perdamaian PBB di Gurun Sinai, Mesir pada 1976-1979 itu digelar di Taman Makam Pahlawan Kalibata pada Rabu (21/9). Di tengah hujan, jenazahnya dimakamkan secara militer dengan dipimpin oleh Inspektur Upacara Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin seusai dishalatkan di Masjid At-Tin.

Diawali tiupan terompet dengan nada sendu dan tembakan salvo, prosesi upacara pemakaman dimulai pada pukul 11.00 WIB. Sejumlah tokoh besar nampak turut mengantarkan kepergian sang tokoh. Sebut saja mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, mantan Menkopolhukam Joko Susilo, mantan Menlu Marty Natalegawa, mantan Mensos Salim Segaf Al-Jufri, mantan Menkominfo Tifatul Sembiring, mantan Menseskab Dipo Alam, mantan Menteri PU Joko Kirmanto, mantan Sekjen Bahrul Hayat, dan sejumlah tokoh serta pejabat Kementerian Agama.

"Saya sangat bersyukur, karena saya mendapatkan amanah ini setelah beliau, ... sehingga beliau berhasil menata nilai-nilai sebagai fondasi yang menjadi landasan bagi Kementerian Agama untuk mengembangkan diri ke depan," tutur Menag Lukman tentang pendahulunya itu seraya mengucapkan selamat jalan di bawah rintik hujan.

Pewarta: gusti nc aryani
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016