Solo, Jawa Tengah (ANTARA News) - Pengrajin payung lukis produksi asal Dukuh Gumantar, Desa Tanjung Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten, dalam Festival Payung Indonesia (FPI) ke-3/2016 di Taman Balekambang, Solo, kebanjiran pesanan.

"Payung lukis tradisional dan hias produksinya asal Juwiring, yang dipamerkan di PFI Solo tahun ini, membawa berkah dan pesanan mencapai 2.000 buah bulan ini," kata Ngadiyaqor (47), perajin asal Klaten, di tempat festival itu digelar, Minggu.

Menurut Ngadiyaqor, payung lukis produksinya asal Juwiring ini, termasuk unik sudah semakin luas penggunaannya, sehingga tidak hanya untuk keperluan sehari-hari, tetapi juga untuk upacara adat, upacara kebesaran, kerajaan, dekorasi, dan lain sebagainya.

Ngadiyaqor mengatakan dia sering membuat sekitar 300 payung lukis, dengan harga antara Rp20.000 hingga jutaan rupiah satu payung. Harga tergantung proses produksi, kualitas, tingkat kesulitan, dan ukurannya.

"Dengan FPI di Solo ini, pesanan bulan ini, memeningkat tajam hingga 2.000 payung per bulan," katanya.

Menurut dia, keunikan payung lukis itu proses produksi masih secara manual, dan tidak ada pada payung-payung modern. Produksinya masih cara tradisional, dan melukis dengan sentuhan tangan perajin.

Bahan baku untuk produksi payung semua ada di sana, dan perajin di Juwiring yang kini hanya tinggal sekitar 20 orang, kesulitan mencari tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan konsomen.

"Kami memang masih kesulitan sumber daya manusia, sehingga tidak mampu memenuhi permintaan pasar," katanya. Tantangan lain adalah memutakhirkan konsep rancangan.

Aprilia Wulandari, mahasiswi semester tujuh Institut Seni Indonesia Surakarta, mengatakan, cara membuat payung lukis batik ini, dari proses awal menggambar batik berbagai corak sesuai pesanan.

Payung lukis batik ini, kata Wulandari, memberikan pewarnaan buat satu-satu, baru kemudian dilepasi bahan batiknya atau malam. "Saya membuat payung lukis batik ini, memerlukan waktu tiga hari, dan harga mulai Rp100.000 hingga Rp250.000. Tergatung tingkat kesulitan corak batik," kata dia. 

Pewarta: Bambang Marwoto
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016