Jakarta (ANTARA News) - Kursi di meja makan yang biasa ditempati Puang Ajji nyaris tidak pernah kosong.

Makan malam bersama menjadi ritual wajib bagi keluarga yang dibina bersama Athirah, yang telah melahirkan beberapa buah hati termasuk Ucu, panggilan kecil Jusuf Kalla. 

Film "Athirah" menunjukkan bagaimana Puang Ajji (Arman Dewarti) setiap hari membangunkan Ucu (Christoffer Nelwan), anak lelaki tertua, untuk menunaikan shalat subuh berjamaah.

Namun kebersamaan Puang Ajji dengan istri dan anak-anaknya perlahan memudar.

Hidangan yang telah tersaji di meja makan menjadi dingin karena anak-anak terlalu lama menunggu sang ayah yang tak kunjung datang. Athirah (Cut Mini) pun menggantikan tugas membangunkan Ucu ketika subuh tiba. 

Kabar miring yang beredar, ayah Ucu punya istri kedua, keputusan yang dibuat di belakang punggung istrinya. 

Seperti kebanyakan perempuan lain, Athirah yang setia mendampingi Puang Ajji sejak awal mereka merintis bisnis tidak suka dimadu. 

Tapi Athirah yang tegar tidak mau membiarkan terpaan badai perkawinan menghancurkan hidup putra-putrinya. 


Nuansa Sulawesi
 
Miles Films untuk pertama kali mengangkat Sulawesi Selatan ke layar lebar dengan "Athirah", yang juga memberi kesempatan spesial kepada sutradara Riri Riza yang berdarah Bugis Makassar untuk menampilkan budayanya.

"Saya dari dulu ingin bikin film dengan latar belakang bahasa Ibu saya dan itu jarang saya temukan," kata Riri Riza mengacu pada cerita berlatar Makassar.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Riri kemudian menemukan novel "Athirah" yang mengisahkan hidup ibunda Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Novel Alberthiene Endah itu menurut Riri punya cerita menarik dan kebetulan berlatar belakang Sulawesi Selatan. 

Riri memasukkan banyak unsur kehidupan Bugis Makassar ke dalam film "Athirah". 

Satu hal yang terlihat jelas adalah adegan santap malam di meja makan yang porsi adegannya lumayan banyak. 

Riri menjelaskan, poros rumah keluarga Bugis berada di meja makan. Meja makan bukan sekadar tempat mengisi perut. Setiap anggota keluarga punya tempat khusus di meja makan. 

Kursi milik bapak seakan sakral dan tidak boleh ditempati siapa pun. Ketika ada anak yang berani duduk di kursi itu karena ayah jarang pulang, tersirat hubungan keluarga yang sudah renggang. 

Sarung sutera juga menjadi salah satu unsur kunci dalam "Athirah". Sarung sutera indah berwarna-warni menjadi pengingat Athirah pada belahan jiwanya, suami berbagi cinta dengan perempuan lain. 

Sarung indah kesayangan Athirah merupakan mas kawin saat mereka menikah.  Sarung sutera juga dijadikan Athirah sebagai komoditas bisnis yang belakangan bisa menyelamatkan kondisi ekonomi keluarga.

Pengambilan gambar untuk film itu berlangsung 31 hari di Makassar, Sengkang dan Parepare.

Sebuah asrama mahasiswa disulap menjadi rumah kuno era 1950-an tempat tinggal Athirah di Makassar. Riri mengandalkan kolektor barang antik di kota itu untuk mengisi perabotan di lokasi syuting.

 "Athirah" juga mengajak talenta dari Sulawesi Selatan, baik itu aktor maupun kru produksi. 

Sosok Haji Kalla diperankan oleh Arman Dewanti, sutradara dan aktor dari daerah itu, karena Riri Riza ingin menampilkan keaslian dialek Sulawesi Selatan.

Arman beradu akting dengan Cut Mini yang menghabiskan waktu dua bulan untuk pembacaan naskah dan belajar dialek Sulawesi Selatan.Sementara musiknya diserahkan kepada musisi Makassar Juang Manyala.

Jajang C. Noer, Indah Permata Sari, Tika Bravani, Nino Prabowo dan Andreuw Parinussa ikut berperan dalam film 82 menit yang pada 29 September akan ditayangkan di Vancouver International Film Festival, Busan International Film Festival dan Tokyo International Film Festival tersebut.


Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016