Semarang (ANTARA News) - Universitas Diponegoro (Undip) Semarang memangkas jumlah mahasiswa baru program sarjana reguler yang diterima melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2007/2008. Rektor Undip, Prof. Dr. dr. Susilo Wibowo, Sp. And., di Semarang, Rabu malam, menjelaskan, semula Undip menerima mahasiswa baru dari jalur SPMB sebanyak 3.500 orang atau 70 persen dari sekitar 5.000 mahasiswa baru dari jalur reguler, namun nanti dipangkas menjadi 50 persen atau tinggal sekitar 2.500 orang. Pemangkasan ini menurut Susilo, dilandasi kenyataan bahwa sebagian besar perguruan tinggi (PT) terkemuka, seperti UGM dan IPB juga melakukan ujian masuk sendiri sebelum SPMB diselenggarakan, dengan tujuan memperoleh bibit terbaik lapis kedua setelah siswa kelas tiga SMA terbaik (top ranking) disedot PT luar negeri. "Kalau Undip hanya mengandalkan jalur SPMB, maka hanya mendapat siswa dengan `grade` (lapisan) ketiga. Kalau masukannya sampah, maka yang keluar juga sampah," kata Susilo. Penyelenggaraan ujian masuk yang diadakan sendiri Undip disebut Ujian Masuk Mandiri (UMM). Selain menerima mahasiswa baru dari jalur SPMB dan UMM, Undip juga menyaring dari jalur Program Seleksi Siswa Berprestasi (PSSB) dengan alokasi 30 persen atau sekitar 1.500 mahasiswa baru. Termasuk di dalamnya ada jalur khusus atau kemitraan dengan alokasi 1,5 persen dari total mahasiswa baru yang diterima. Susilo menegaskan, pihaknya memang tidak mau langsung mematok alokasi tinggi untuk UMM, seperti UGM yang memberi alokasi 88 persen dan IPB sebanyak 95 persen. "Setelah satu tahun berlangsung, kami akan mengevaluasi prestasi siswa yang masuk melalui jalur UMM. Kalau ternyata hasilnya lebih baik dari mahasiswa yang masuk lewat SPMB, persentase UMM akan ditingkatkan," katanya. Menurut Susilo, hasil penelitian yang dilakukan Undip terhadap mahasiswa yang dijaring lewat PSSB selama dua tahun terakhir, ternyata prestasi akademik mereka jauh lebih baik dibanding mahasiswa jalur SPMB. "Kalau penggede (pejabat) SPMB di Jakarta bilang SPMB `is the best methods`, itu kata siapa. Buktinya mahasiswa PSSB yang menjaring siswa pintar dari daerah, prestasi akademiknya lebih bagus," katanya didampingi Prof. Yusmilarso, yang melakukan penelitian tersebut. Menurut dia, ada kelemahan mendasar pada SPMB, yaitu menyamaratakan kemampuan siswa tanpa melihat bakat dan minat pada bidang studi tertentu. "Karena itu tidaklah heran bila setiap tahun, dua atau tiga mahasiswa Jurusan Pendidikan Dokter Undip minta keluar, karena merasa tidak cocok," katanya. Dalam penentuan UMM, katanya, selain berlandaskan nilai hasil tes akademik, juga diterapkan sistem pembobotan berdasarkan bidang yang dipilih, misalnya peminat program studi Pendidikan Dokter maka harus kuat pada pelajaran Biologi, sedangkan jurusan teknik disyaratkan unggul pada pelajaran Fisika dan Matematika. "Pembobotan masing-masing poin tersebut disesuaikan dengan bakat, minat, dan tentu saja pintar. Kalau SPMB hanya saring mahasiswa pintar saja," katanya panjang lebar. Seleksi yang dijaring melalui SPMB memang bukan hanya mengharuskan siswa pintar, namun juga harus didukung kemampuan finansial, karena dari 43 program studi yang tersebar pada 11 fakultas, mereka harus memberi Sumbangan Pengembangan Manajemen Pendidikan (SPMP) minimal Rp5 juta, bahkan Pendidikan Dokter dan Fakultas Teknik minimal Rp15 juta. "Kami tetap memberi kesempatan kepada siswa SMA pintar dari keluarga `unfortune` (kurang mampu) untuk masuk diterima lewat jalur UMM tanpa sumbangan," katanya. Tetapi ia mengakui bahwa siswa SMA pintar dari keluarga kurang mampu itu jumlahnya tidak terlalu banyak. "Yang banyak ya siswa dari keluarga pas-pasan," katanya Ketua SPMB Regional II, Prof. Ir. Eko Budihardjo, M.Sc., sebelumnya menyatakan, SPMB merupakan sistem terbaik seleksi masuk PTN, karena bisa mengakomodasi semua siswa dari seluruh pelosok Nusantara. "Kalau masing-masing PT menyelenggarakan ujian sendiri, betapa besar biaya yang harus dikeluarkan mereka untuk mengikuti seleksi di tempat PT itu berada," kata Eko yang juga mantan Rektor Undip itu. Ia menegaskan, SPMB juga menjadi perekat kebangsaan, sebab dengan demikian semua lulusan SLTA memiliki kesempatan sama kuliah di PTN dengan biaya terjangkau. Pendaftaran UMM Undip dilakukan pada 24 April-15 Mei 2007, sedangkan ujian tulis dilakukan 27 Mei 2007 setelah sebelumnya mengikuti verifikasi pada 21-25 Mei. Biaya UMM untuk satu kelompok (IPA atau IPS) Rp150.000,00 sedangkan kelompok IPC dipungut Rp250.000,00.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007