Usaha yang ditekuni Tonton Fathoni saat ini jauh dari bidang keilmuannya yang dipelajari hingga ke negeri jauh di Universitas Al Azhar di Kairo, Mesir.

Namun, usaha lulusan Jurusan Akidah Filsafat itu tidak mengalami kesulitan membesarkan usahanya di bidang petrenakan sapi perah dan produk susunya.

Pemuda asal Desa Kaligondo, Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur ini meneruskan usaha peternakan sapi perah milik orang tuanya. Namun, dia tidak mau hanya memelihara sapi dan kemudian menjual susu mentahnya ke pihak lain.

Putra pertama dari pasangan Nur Fathoni dan Istiqamah tersebut berusaha membuat olahan susu sapi milik orang tuanya itu menjadi berbagai produk, selain minuman, antara lain untuk bahan kecantikan.

Meski menyandang status sebagai lulusan kampus bergengsi, tak membuat Tonton rendah riri dalam menuruskan usaha sapi perah yang digeluti oleh orang tuanya sejak 16 tahun silam.

Ia telah membulatkan tekad untuk mengembangkan peternakan dengan nama Sumber Lumintu yang dirintis oleh bapaknya itu di Dusun Wadungdolah.

"Sepulangnya dari Mesir ke Banyuwangi pada tahun 2015, saya melihat perekonomian di Banyuwangi ini mulai tumbuh. Termasuk di Kecamatan Genteng yang juga ikut tumbuh. Dari situ saya berpikir apa yang harus saya lakukan. Tak butuh waktu lama, saya memutuskan untuk mengembangkan peternakan sapi perah milik orang tua," ungkap Tonton saat ditemui di kafe susu usahanya di Desa Setail, Kecamatan Genteng.

Saat memulai meneruskan usaha, ia tidak ingin hanya menjual susu sapi begitu saja, sebagaimana para peternak pada umumnya di desanya.

Ia kemudian melakukan berbagai inovasi olahan produk susu sapi menjadi berbagai macam produk, seperti kosmetik, produk kesehatan, makanan dan minuman siap saji dan lainnya.

Ia mengaku saat masih menimba ilmu di Mesir sering berkunjung ke peternakan sapi perah dan melihat berbagai produk olahannya. "Lalu, saat di Indonesia saya ikut pelatihan di Malang dan dari situ saya mulai tertantang untuk melakukan inovasi. Lantas saya mencoba dan membuat produk olahan susu itu," ujarnya.

Ia kemudian membuat produk berupa kefir, whey, lulur, sabun dan berbagai makanan dan minuman hasil olahan susu sapi. Dari beragam produk olahan tersebut, ia bisa mendulang keuntungan berlipat dibandingkan dengan hanya menjual susu sapi mentah.

"Jika dijual per liternya, susu segar hanya seharga Rp4.000 hingga Rp10.000, tapi jika diolah lagi bisa lebih mahal," kata lulusan pesantren tersebut.

Ia menjelaskan dari satu liter susu bisa mengolah 60 persen menjadi whey, dan 40 persennya menjadi lulur kecantikan. Whey adalah minuman untuk kesehatan yang merupakan hasil fermentasi susu segar dalam waktu tertentu.

Minuman whey diyakni memiliki beragam khasiat untuk kesehatan, mulai dari mencegah kanker, mengurangi tekanan darah tinggi, asma hingga menambah vitalitas kaum pria.

"Kalau kadar airnya tinggi, satu liter susu segar bisa menghasilkan whey sebanyak 600 mililiter, sedangkan sisa endapannya bisa dijadikan lulur kecantikan," tutur Tonton.

Untuk 600 mili liter whey dia jual seharga Rp50.000. Namun, ia juga menjual lulur yang 400 mili liter seharga Rp50.000. Selain whey dan lulur, Tonton juga mengolahnya menjadi masker atau sabun.

"Bila saya jual susu segar, mentok per liter paling mahal hanya Rp10 ribu. Beda bila sudah diolah, bisa dapat Rp100 ribu dari satu liter susu," ucap pria kelahiran Banyuwangi, 5 Maret 1992 itu.



Kefir

Tonton juga mengolah susu sapi menjadi kefir. Kefir adalah produk fermentasi susu. Selain bisa dikonsumsi, kefir juga bisa digunakan untuk kecantikan, terutama untuk masker wajah.

Ia menjelaskan bahwa manfaat dari kefir untuk masker itu bisa mengeluarkan tumpukan racun kimia di dalam kulit akibat penggunaan berbagai macam krim kecantikan yang mengandung bahan kimia yang berdampak panjang pada kesehatan kulit.

Selain itu, kata dia, kefir untuk masker juga bisa melawan penuaan dini, mencerahkan dan membuat kulit semakin cerah, meremajakan kulit dan meningkatkan kadar air dan collagen pada kulit, membantu mengurangi iritasi, mengatasi masalah jerawat dan lainnya.

Untuk setiap paket kefir masker seberat 200 gram, Tonton menjual seharga Rp220.000. Konsumen dari masker kefir milik Toton ini adalah salon-salon kecantikan.

Toton mengatakan, mengolah susu menjadi kefir lebih menguntungkan karena kefir akan terus berkembang biak. "Jadi bisa disebut merawat bakteri," papar Toton.

Ia mengaku dalam mengolah semua produk-produk inovatif tersebut tidak menggunakan peralatan canggih, melainkan hanya perangkat sederhana yang sudah ada di dapurnya dengan dibantu oleh ibunya.

Selain memproduksi olahan untuk kecantikan, Tonton juga membuka kafe susu dengan nama "Omah Ngedots" di Setail, Kecamatan Genteng, Banyuwangi. Di kafe tersebut, ia menjual berbagai macam varian susu murni. Tiap hari, Toton mampu menghabiskan 20 liter susu murni.

Saat ini Toton memiliki enam sapi di peternekan Sumber Luminto milik orang tuanya. "Dengan mengolah susu murni menjadi produk-produk lainnya, selain memberikan keuntungan lebih juga bermanfaat untuk mendistribusikan susu yang dihasilkan oleh peternak," imbuhnya.

Ke depan, seiring semakin meningkatnya minat masyarakat untuk mengonsumsi dan menggunakan berbagai produk olahan susu segar, Tonton akan terus mengembangkan usahanya, baik secara kualitas maupun mengurus berbagai perizinannya.

Ia menyadari bahwa untuk produk kosmetik dan kesehatan itu harus mendapat izin dari BPOM sehingga produknya memerlukan adanya uji di laboratorium.

"Untuk itu, saya sedang mengurus hal ini dengan didampingi Dinas Koperasi dan UMKM Banyuwangi. Semoga berjalan lancar," kata dia, berharap.

Selain itu Tonton juga masih memiliki keinginan terpendam, yakni kemajuan usahanya tidak hanya untuk dinikmati sendiri. Ia merasa prihatin dengan para anak peternak yang justru memilih menjadi buruh serabutan di tanah rantau, ketimbang menggeluti peternakan di desanya.

"Saya sedang berusaha mendekati dan mengajak anak-anak peternak itu untuk ikut memajukan usaha ternak orang tuanya. Menjadi peternak di Banyuwangi itu sangat prospektif," jelasnya.

Bahkan Toton mengatakan, pernah mendapat permintaan dari Bali untuk mengirimkan 600 liter susu murni. Ini dikarenakan, banyak kafe di Pulau Dewata yang membutuhkan pasokan susu.

"Di Bali banyak turis yang mencari susu murni di kafe-kafe," katanya.

Sementara untuk pasar lokal, lanjutnya, membutuhkan 1.200 liter per 2 hari, dan pabrik membutuhkan sekitar 3.000 liter per dua hari. Ini menunjukkan susu sapi perah memiliki peluang pasar yang sangat besar.

Keinginan tersebut, menurutnya, tidak hanya bertujuan untuk mengembangkan dunia peternakan di Banyuwangi. Akan tetapi juga akan menjadi "jalan dakwah" yang akan ia geluti.

"Berdakwah itu tidak melulu pengajian, tapi memajukan ekonomi masyarakat dan menjadi orang yang bermanfaat itu juga berdakwah," ujarnya.

Oleh Masuki M Astro
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016