Batam (ANTARA News) - Terbatasnya tabung gas resmi Pertamina di Batam mengakibatkan warga terpaksa kembali menggunakan minyak tanah dan kayu bakar sebagai bahan bakar rumah tangga. "Masyarakat tetap butuh bahan bakar, tidak ada gas, warga lari ke minyak tanah, namun karena minyak tanah terbatas, akhirnya mereka menggunakan kayu bakar. Kayu bakar merusak hutan, dan hasil akhirnya, batam banjir," kata Wakil Ketua Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Batam Muhammad Zilzal di Batam, Jumat. Ia memperkirakan warga menggunakan kayu bakar dalam tiga bulan ke depan jika tidak ada kebijakan dari pemerintah dan Pertamina mengenai suplai tabung LPG. Pertamina melarang pengisian LPG perusahaan tersebut ke dalam tabung non Pertamina, sementara sekitar 80,64 persen wadah gas yang dipergunakan warga Batam berasal dari Singapura. Sementara berdasarkan laporan terakhir Dinas Perindustrian, di Batam, terdapat 100 ribu gas elpiji eks Singapura, sedangkan yang resmi Pertamina hanya 24 ribu. Zilzal mengatakan dewan kota telah meminta Pertamina menyuplai tabung gas resminya ke Batam, agar warga kota pulau itu bisa menikmati gas legal. "Namun, mereka hanya menyanggupi suplai 15 ribu tabung tiap pertengahan bulan," katanya. Setiap warga Batam yang ingin mengisi gas menggunakan tabung eks Singapura diwajibkan melakukan pengecekan apakah wadah tersebut masih aman dan layak untuk diisi produk perusahaan negara itu. Sayangnya, menurut Zilzal hampir semua tabung eks Singapura tidak layak pakai sehingga warga tidak mengisi ulang gas. "Wong BP Singapura saja sudah mengatakan tidak bertanggung jawab kepada tabung-tabung itu, artinya apa? Tabung itu memang tidak layak pakai," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007