Jakarta (ANTARA News) - Hari pertama pameran ekspor terbesar Trade Expo Indonesia (TEI) 2016, berhasil mencatatkan total transaksi senilai 178,7 juta dolar Amerika Serikat (AS), yang dihasilkan dari program misi pembelian dari Kementerian Perdagangan.

"Pada hari pertama, sudah mulai masuk transaksi (TEI), bukan hanya dari program buying mission atau misi pembelian saja. Ada yang datang, melihat, dan melakukan transaksi sebesar 200.000 dolar AS," kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan, Arlinda, saat ditemui di sela-sela TEI 2016, di Jakarta, Rabu.

Arlinda mengatakan, selain dilaksanakan penandatanganan kontrak dagang antara perusahaan Indonesia dan para pembeli potensial internasional, juga ada pembelian langsung dari para buyers yang nantinya akan didata setiap hari.

"Transaksi kebanyakan berupa produk jadi, kita harus bangga dengan produk Indonesia," kata Arlinda.

Arlinda menjelaskan, beberapa produk yang diminati antara lain adalah anti-fatigue mat, floor mats, cutting boards, modular tiles, furniture, Food and Beverages seafood, skilled workers, essential oil dan batu bara.

Tercatat, pada sesi pertama penandatanganan kontrak misi pembelian telah dibukukan 97,2 juta dolar AS, sementara pasa sesi ke-2 dilakukan kontrak sebesar 69,3 juta dolar AS. Selain itu, ada juga tambahan kontrak pembelian batu bara dari Thailand senilai 12 juta dolar AS dan dari Hongaria untuk produk makanan dan minuman senilai 200.000 dolar AS.

"Malaysia menjadi negara yang paling banyak meneken kontrak pembelian pada sesi kedua penandatanganan kontrak buying mission di hari pertama TEI ini. Total kontrak beli yang disepakati Malaysia yaitu sebesar 58,6 juta dolar AS," ujar Arlinda.

Arlinda menambahkan, selain transaksi dagang, juga ada beberapa pembicaraan mengenai rencana investasi di Indonesia. Menurutnya, Kementerian Perdagangan akan memasilitasi pertemuan calon investor tersebut dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan instansi terkait.

Menurut Arlinda, salah satu investor potensial yang tertarik untuk berinvestasi di Indonesia berasal dari Jepang. Rencananya, perusahaan tersebut akan mananamkan modal untuk pengembangan komoditas beras organik, sektor perikanan, dan juga mendaur ulang mobil bekas.

"Ada rencana untuk investasi pembangkit listrik, nanti akan kita hubungkan dengan BKPM. Selain itu juga ada dari Jepang, mereka tertarik dengan beras organik, ikan dan mendaur ulang mobil bekas. Selain itu, sektor jasa juga dilirik oleh para pelaku usaha," ujar Arlinda.

Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016