Port-au-Prince (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon pada Sabtu (15/10) mengunjungi Haiti untuk melihat wilayah yang diporak-porandakan Badai Mathhew pada awal Oktober.

Setelah tiba di bandar udara Port-au-Prince, Ibu Kota Haiti, Ban naik helikopter untuk terbang ke Kota Les Cayes di bagian selatan, yang menghadapi Matthew dengan kekuatan maksimal, setelah badai itu memasuki daratan pada 4 Oktober.

Media menyiarkan bermacam laporan bahwa korban jiwa melebihi 1.000, sementara tak kurang dari 175.000 orang kehilangan rumah.

Pemimpin PBB tersebut ditemani oleh Perdana Menteri Haiti Enex Jean-Charles. Setibanya, Ban berbicara dengan sebagian pengungsi, yang ditampung di satu sekolah menengah setempat.

"Saya amat, sangat sedih ketika kami menyaksikan seluruh kerusakan semacam itu. Tapi semua orang di dunia bersama kalian," kata Ban, yang dikutip harian Prancis La Croix.

"PBB berada di sisi kalian. Kami akan mengerahkan segala sumber daya untuk membantu kalian."

Tepat sebelum kedatangan Ban, baku hantam terjadi antara warga lokal yang marah dan prajurit pemelihara perdamaian PBB di satu pangkalan di Les Cayes, demikian laporan Xinhua. Sebanyak 100 orang melempari truk makanan dengan menggunakan batu.

Haiti juga menghadapi wabah kolera yang bertambah parah, yang telah menyerang negeri tersebut dalam beberapa tahun belakangan. Sejumlah kajian telah mengaitkan wabah itu dengan sekelompok prajurit pemelihara perdamaian dari Nepal, tanggung jawab yang diakui oleh PBB pada Agustus.

Dalam satu taklimat dengan Presiden sementara Haiti Jocelerme Privert, sebelum meninggalkan negeri itu, Ban menyampaikan kesedihannya yang mendalam mengenai apa yang telah ia saksikan.

"Saya berada di sini untuk menyampaikan solidaritas saya dan memberitahu rakyat Haiti bahwa dunia berada di samping kalian dalam masa sulit ini. Masyarakat internasional akan selalu berada di sini untuk membantu dalam pembangunan kembali wilayah yang porak-poranda diterjang badai," kata Ban, sebagaimana dilaporkan kantor berita Spanyol, EFE.

Ketika berbicara mengenai serangan terhadap truk pangan, Ban berkata, "yang paling rentan, paling menderita", ketika menyaksikan tindakan ini terjadi.

Akhirnya, ia mengumumkan PBB telah meminta bantuan mendesak sebesar 119 juta dolar AS dan akan membuka dana bantuan guna membantu korban kolera.

(Uu.C003)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016