Purbalingga (ANTARA News) - Sebanyak 1.000 anak dari berbagai sekolah dasar (SD) di Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, secara bersama-sama menulis surat untuk Presiden Joko Widodo.

Kegiatan yang merupakan bagian dari "Gerakan Ayo Menulis dengan Tangan" dan "Satu Juta Bolpoin untuk Anak Indonesia" itu dipusatkan di "Rest Area" Lembah Asri, Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, Selasa.

Penggagas Gerakan Ayo Menulis dengan Tangan, Nury Sybli mengatakan gerakan menulis dengan tangan merupakan pekerjaan rumah (PR) bagi semua orang khususnya anak-anak di era gawai (gadget).

"Padahal, menulis dengan tangan bisa mengasah motorik anak menjadi lebih kreatif, bisa menjadi lebih mengingat apa-apa yang mereka pelajari," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, gerakan tersebut dibangun di seluruh Indonesia dengan mendatangi daerah kepulauan, pegunungan, dan sebagainya untuk mengajak anak-anak kembali menulis dengan tangan.

Terkait alasan surat yang ditulis anak-anak tersebut ditujukan untuk Presiden, dia mengatakan hal itu didasari bahwa Presiden merupakan pemimpin tertinggi di Indonesia.

Menurut dia, semua anak Indonesia ingin bertemu dengan Presiden dan semua anak Indonesia bercita-cita ingin menjadi pemimpin negeri itu juga.

"Anak-anak sekolah dasar merupakan pintu awal masa depan bangsa Indonesia. Orang tua, guru, kita semua harus sama-sama mengawal masa depan pendidikan mereka. Maka, jadilah guru untuk mereka," ujarnya.

Dengan demikian, kata dia, gerakan menulis dengan tangan ini harus disebarkan untuk seluruh anak-anak Indonesia karena anak-anak adalah masa depan bangsa.

Menurut dia, kegiatan yang telah diselenggarakan di berbagai wilayah Indonesia itu didukung oleh Standardpen yang merupakan salah satu produsen bolpoin terkemuka.

Chief Executive Officer (CEO) Standardpen Megusdyan Susanto mengatakan bangsa Indonesia didirikan oleh tokoh-tokoh yang gemar menulis.

"Soekarno, saat dipenjara kerjaannya membaca dan menulis. Saya ingin anak-anak mencontoh para pendiri negeri yang gemar menulis," katanya.

Ia mengharapkan kegiatan menulis surat untuk Presiden menjadi pengalaman yang bernilai dan menjadi tradisi bagi anak-anak dalam menulis dengan tangan.

Menurut dia, menulis selain mengasah kinerja otak juga dapat membantu anak-anak menjadi kreatif.

"Kami mengandalkan guru dan orang tua untuk melestarikan menulis dengan tangan," katanya.

Ia mengatakan hasil riset Harvard University, Amerika Serikat, menjelaskan bahwa ada lima manfaat menulis bagi anak-anak, yakni mengurangi stres, belajar mengeluarkan pendapat secara bijak, belajar merangkai kata, melatih kesabaran, serta menambah ilmu dan wawasan.

Pendiri Kuda Pustaka Gunung Slamet, Ridwan Sururi mengaku prihatin dengan perkembangan pendidikan anak-anak yang terancam dengan gawai (gadget).

"Budaya menulis anak-anak sekarang sangat jauh dibandingkan waktu saya kecil. Sekarang bisa dilihat di sekolah-sekolah, apa ada anak yang tulisannya bagus seperti orang-orang terdahulu," katanya.

Salah seorang siswa kelas VI SD Negeri Kutabawa, Fauzi Nurhidayat mengaku menulis surat untuk Presiden Joko Widodo guna meminta perbaikan fasilitas di sekolahnya.

Selain itu, dia juga meminta agar buku paket atau pelajaran sekolah dapat segera dikirim ke sekolah-sekolah karena sangat dibutuhkan siswa.

"Kami menggunakan Kurikulum 2013, buku-bukunya sulit didapat," katanya.

Siswa kelas VI SDN 1 Serang, Zainun Alif Setiawan meminta Presiden Joko Widodo untuk datang ke Desa Serang yang banyak perkebunan.

"Apakah bapak pernah datang ke Gunung Slamet? Desa kami banyak sekali sayuran dan strawberry. Desa kami terkenal dengan lembah asri. Saya ingin bapak datang lihat desa kami. Saya ingin menyampaikan permintaan agar Indonesia tidak ada korupsi," katanya dalam surat yang dia buat.

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016