Washington (ANTARA News) - Amerika Serikat memperkirakan ISIS menggunakan senjata kimia untuk menangkal ofensif besar-besaran Irak untuk merebut kembali Mosul dari mereka. Namun kemampuan ISIS dalam membuat senjata semacam itu sangat terbatas, kata para pejabat AS.

Pasukan AS secara reguler mengumpulkan patrun atau wadah peluru untuk menguji apakah telah dimuati bahan kimia, mengingat pada bulan-bulan sebelum ofensif ke Mosul digelar ISIS kerap menggunakan bahan senjata kimia mustard.

Pada sebuah kejadian, pasukan AS memastikan keberadaan unsur mustard belerang dalam pecahan proyektil ISIS pada 5 Oktober lalu. ISIS menyasar pasukan lokal, bukan tentara AS atau tentara koalisi.

"Mengingat prilaku tercela dan kekejian ISIS yang tidak mempedulikan standard-standard dan norma-norma internasional, maka tindakan semacam itu tidak aneh," kata seorang pejabat AS kepada Reuters.

AS sejauh ini tidak yakin ISIS telah berhasil mengembangkan senjata kimia dengan efek mematikan. Itu berarti senjata konvensional masih menjadi ancaman paling membahayakan untuk gerak maju pasukan Irak dan Kurdi serta para penasihat militer asing yang dekat ke medan perang.

Unsur atau agen mustard belerang bisa membuat kulit dan paru-paru terpapar. Pada kadar rendah tidak akan begitu mematikan.

Sekitar 5.000 tentara AS ada di Irak yang sekitar 100 dari mereka melekat dengan pasukan Irak dan Peshmerga Kurdi yang terlibat dalam ofensif ke Mosul dengan menjadi komandan dan memastikan serangan udara mengenai target yang benar.

Namun ke-100 serdadu AS itu masih berada di belakang garis depan pertempuran, kata para pejabat AS seperti dikutip Reuters.


Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016