Jakarta (ANTARA News) - Para pegiat seni, yang juga peduli terhadap isu sosial, mengapresiasi sekaligus mencatat bahwa selama dua tahun kepemimpinan Joko Widodo-Jusuf Kalla sebagai presiden dan wakil presiden, masih ada beberapa pekerjaan rumah yang harus diperbaiki.

“Senang banget, walaupun diawali dengan sangat sulit, tapi, arahnya semakin baik,” kata aktris Olga Lydia, melalui sambungan telepon kepada Antara News.

Salah satu hal yang membuat dia senang adalah usaha pemerintah menekan harga bahan bakar minyak di Indonesia Timur. Harga BBM di Papua akan sama dengan di Pulau Jawa.

Olga, yang pernah singgah di Wamena sekitar enam tahun lalu, menceritakan pengalamannya bahwa ia pernah mendapati harga BBM di sana paling murah Rp 20.000 per liter.

Dalam beberapa hal, kata dia, cara pemerintah sekarang mengatasi masalah cukup menarik, misalnya dengan subsidi dari wilayah Indonesia Barat ke Timur.

Olga juga mengapresiasi upaya pemerintah dalam bidang turisme dengan membuka akses penerbangan dari Manado, Sulawesi Utara ke beberapa kota di China beberapa waktu lalu.

“Banyak yang nggak sadar, saya juga awalnya, ternyata dari Manado ke China dekat, cuma sejam,” kata Olga, yang belum sempat mencoba rute itu.

Dengan cara seperti itu, ia melihat kota Manado bisa menjadi Bali berikutnya, dan pelancong yang masuk ke Indonesia, khususnya Manado, pun dapat meningkat.

“Saya optimistis dengan yang sekarang,” kata Olga.

Khusus untuk bidang yang digelutinya, film, ia tidak berharap yang muluk-muluk. Baginya, dunia ini tidak minta apresiasi yang macam-macam.

“Yang penting, jangan dipersulit saja,” kata sang aktris.

Dicabutnya film dari Daftar Investasi Negatif (DNI) beberapa waktu lalu, membuka peluang pihak asing untuk masuk dan akan membawa hal positif, misalnya kemampuan sineas dapat menjadi lebih baik.

“Mudah-mudahan layar tambah banyak,” kata dia.

Ia juga sangat mengapresiasi langkah Presiden Jokowi beberapa waktu lalu yang berbaur dengan masyarakat menonton film komedi “Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1”.

“Dukungannya jelas, Presiden kita senang nonton apa. Ini semangat buat filmmaker kita.”

Senada dengan Olga, musisi Kunto Aji juga melihat niat baik pemerintah untuk dunia seni melalui pembentukan Badan Ekonomi Kreatif atau Bekraf.

Bagi dia, apa yang dilakukan Bekraf tidak dapat langsung dilihat setelah satu-dua tahun dibentuk.

“Nggak bisa se-instan itu. Pelan-pelan,” kata Kunto Aji saat ditemui beberapa waktu lalu.

Kunto Aji, yang dalam waktu dekat akan tampil dalam festival musik independen lokal, berpendapat dukungan dari Bekraf untuk acara seperti itu merupakan usaha yang bagus.

“Kami yang indie sangat diberi ruang sekarang,” kata dia.

Aji, yang menempuh kuliah akuntansi di YKPN Yogyakarta, juga melihat usaha pemerintah dalam bidang ekonomi, khususnya sektor pajak sangat baik.

“Dia memang pembangunannya serius banget sampai ngejar pajak ke seleb Instagram,” ujarnya.

Amnesti pajak pun usaha yang baik karena merupakan tanda pemerintah sekarang benar-benar bekerja, walaupun tidak semua wajib pajak melapor.

“Nggak mungkin memperbaiki suatu negara yang… kita dihancurkan selama 30 tahun, dalam 1 periode nggak mungkin. Asalkan kerja benar, menurut saya bagus.”



Masih banyak PR

Sementara itu, sineas Garin Nugroho mencatat pemerintahan sekarang masih rendah perhatian terhadap dunia seni, baru sebatas pada seni yang mendukung kekuasaan.

“Misalnya, film tema pahlawan atau tema agama. Seni yang massa-nya luas, pertunjukan band dengan massa besar. Berkaitan dengan politik,” kata Garin.

“Hampir tidak ada yang pada seni individu, kualitas dengan penonton terbatas,” tambah Garin.

Ia menilai kemungkinan hal tersebut terjadi karena elit politik lahir dari pemilihan umum langsung, yang mendapat suara dari publik.

Akibatnya, yang diperhatikan saat ini adalah yang berkaitan dengan massa.

“Jika hanya suara politik dan bisnis saja, kekuasaan akan besar, tapi jauh dari kemajuan merata, seluruh modal bangsa; modal sosial, estetik, intelektual, religius, dan lainnya,” kata Garin.

Pemerintahan sekarang masih mengandalkan kekuatan media sosial dan hal itu efektif untuk masyarakat Indonesia yang masih euforia menyikapi kehadiran platform baru dalam berinteraksi.

Tetapi, bagi Garin, masih lemah dalam memandu program kerja ke masyakarat.

“Harus segera mengubah, kekuatan media sosial jangan pameran perhatian, tapi panduan program sehingga lapisan masyarakat terpandu langkah-langkah prioritas pemerintah,” kata Garin.

Langkah memamerkan foto di media sosial dipandang Garin seperti jurus saat pemilu.

Adapun vokalis grup Seringai, Arian Tigabelas berharap pemerintah sekarang membereskan masalah-masalah yang diwariskan oleh pemerintah sebelumnya, seperti perusakan alam, pembakaran hutan, pembantaian hewan hingga reklamasi laut atau teluk.

“Jokowi-JK juga harus lebih serius dalam menangani pelanggaran-pelanggaran HAM di Indonesia,” kata Arian melalui pesan singkat.

Jokowi dan JK juga diharapkan lebih cepat tanggap, tegas dan bijaksana dalam meredam konflik yang dipicu oleh isu suku, agama, ras dan antargolongan (SARA).

Sementara perbaikan-perbaikan yang dilakukan oleh pemerintah, misalnya dalam bidang ekonomi, ditambah oleh perekonomian global yang sedang melambat, dipandang Arian sebagai perjalanan yang masih panjang.

“Mungkin kalau Jokowi-JK dan penerusnya konsisten memperbaiki Indonesia menjadi lebih baik, baru anak-cucu kita yang akan merasakan hasilnya,” kata Arian menutup pembicaraan.

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016