Bandung, 27 Oktober 1952 (Antara) - Hari ini Dinas Gunung Berapi di Bandung mengumumkan kepada pers kesimpulan sekitar meletusnja G. Krakatau sebagai hasil pemeriksaan 3 orang ahli2 praktek selama 10 hari dengan kapal “Kartika”.

Menurut pengumuman itu, pemeriksaan2 dikepulauan Krakatau itu dapat disimpulkan sbb:

Gunung Krakatau telah meletus pada tg 10 malam 11 Oktober dan letusan ini adalah jang terbesar setelah letusan tahun 1883. Pada waktu letusan itu tidak terdjadi gelombang2 jang berarti dan tidak usah dichawatirkan akan timbulnja gelombang-pasar sebesar jang terdjadi pada tahun 1883. Pengungsian dari penduduk pantai Banten dan Sumatera Selatan dianggap tidak perlu, demikian pula dari pulau2 jang berada diselat Sunda. Lalu-lintas kapal dan perahu diselat Sunda dapat berlangsung seperti biasa, tetapi dirasa perlu adanja pos pendjagaan jang bersifat semi-permanent dipulau Rakata, untuk mengamat-amati setiap perobahan jang terdjadi dari Anak Krakatau.

Selandjutnja diterangka, bahwa luas tinggi Anak Krakatau kini bertambah teapi keadaan telah tenang kembali, sekalipun belum tertjapai keadaan biasa.

Tentang djalannja pemeriksaan dalam pengumuman itu disebutkan antara lain, bahwa ketika mendarat di pulai Rakata Ketjil seluruh pulau telah kedapatan tertutup abu dan pasir jang tebalnja antara 5 sampai 70 centimeter, sedangkan tanam2an dan pohon2an rusak laju, diantaranja banjak jang tumbang.

Djuga pulau Anak Krakatau sudah tertutup abu dan pasir gunung-berapi jang tebalnja antara 2 sampai 5 meter. (Tinggi pulau jang pada tahun 1950 hanja 138 meter sekarang mendjadi 151 meter). Tumbuh2an di situ telah lenjap sama sekali. Diketahui, bahwa pinggiran kawah baru terjdai dibahagian Barat-daja, sehingga terbentuk suatu kawah jang berwarna biru dan dari seluruh permukaannja keluar asap (keadaan pada tg 17 Oktober). Temperatur selfatara disitu 100 deradjat C, sedang berita jang mengatakan bahwa air laut telah djadi panas, adalah tidak benar. Pulau Sertung mendapat kerusakan sedikit, sedang pulau Rakata sama sekali tidak mendapat kerusakan.

Sumber: Pusat Data dan Riset ANTARA //pdra.antaranews.com/Twitter: @perpusANTARA

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016