Purwakarta (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, menggelar upacara Hari Sumpah Pemuda ke-88 dengan nuansa santri dan etnik, di kompleks Taman Pancawarna Bale Paseban Pendopo Purwakarta, Jumat.

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi yang menjadi inspektur upacara tampil dengan mengenakan sarung dan peci hitam. Begitu juga dengan seluruh peserta upacara, mereka menggunakan kain sarung dan peci hitam untuk laki-laki dan pakaian etnik untuk perempuan.

"Kali ini berbeda, upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda digelar dengan nuansa religius dan etnik," katanya.

Hal itu berlangsung karena mulai Jumat ini seluruh pegawai negeri sipil dan pelajar laki-laki menggunakan kain sarung dan peci hitam. Sedangkan bagi seluruh pegawai dan pelajar perempuan bisa mengenakan pakaian etnik.

Kewajiban menggunakan kain sarung dan peci bagi pegawai dan pelajar itu dicanangkan saat peringatan Hari Santri Nasional di Taman Pesanggrahan Padjadjaran 22 Oktober 2016.

Ia mengatakan, spirit penggunaan kain sarung setara dengan spirit pemuda dalam peristiwa Sumpah Pemuda tahun 1928. Sarung sebagai nafas kultur nusantara dinilai sejalan dengan spirit penyatuan nusantara yang tercantum dalam butir-butir ikrar Sumpah Pemuda.

"Sarung adalah identitas bangsa Indonesia. Sementara para pemuda saat itu mengikrarkan persatuan nusantara dibawah panji keindonesiaan dalam kondisi kultur daerah di Nusantara yang berbeda-beda, spiritnya persatuan," kata Bupati Dedi.

Ia memaknai Sumpah Pemuda bukan semata gerakan untuk para pemuda saja. Lebih dari itu, pemuda telah mampu mempersatukan bangsa bahkan berhasil membangkitkan semangat kreatifitas.

Atas hal itu pihaknya akan terus mendorong kreativitas untuk para pelajar dan seluruh masyarakat.

Pewarta: M. Ali Khumaini
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016