Jakarta (ANTARA News) - Citra rocker sang gitaris hilang ketika ia tampil dalam Sunyotok by Coki Bollemeyer.

Nama yang begitu Indonesia ini ia ambil dari seniman Gatot Sunyoto, yang juga terkenal sebagai ahli suara perut (ventriloquist) yang pada tahun 70-80an tampil dengan boneka Tongki.

Tidak hanya nama, Coki dan kawan-kawannya dalam Sunyotok by Coki Bollemeyer pun selalu mengenakan batik dan kopiah di panggung, seperti saat tampil di Synchronize Fest, Jumat (28/10).

Dari segi bermusik, Sunyotok pun sangat berbeda dengan band sang gitaris sebelumnya, NTRL, Black Teeth maupun Deadsquad.

Proyek instrumentalia fusion jazz ini ia sebut sebagai impian terpendam karena sudah ia citakan sejak 1997 silam, mulai nyata pada 2014 saat ia bertemu bassist Jerry dan drummer Mario.

2016, band ini merilis album Sunyotok.

Kenapa genre Sunyotok beda jauh dengan band-band sebelumnya?
Dulu gue main fusion gini sama Idang Rasjidi, 90an akhir. Habis itu cari duit hehehe. Sebenarnya rencana dari 2014, tapi waktu. Susah banget. 2016 ada kesempatan rilis. 

Gue pengennya solo tapi karena terbiasa nge-band jadi bikin lah konsepnya yang band, nggak terlalu solois.

Kenapa nggak jadi solois?
Nggak papa. Itu personal preference saja. Kalau buat gue, nge-band lebih enak. Menggabungnya lebih organik.

Alter ego dirimu?
Soalnya musik improvisasi bebas. Kayak gini aja, tadi kan banyak perubahan di lagu. Setiap live pasti beda sama recording-nya.

Merasa beda pas di panggung? 
Nggak papa. Gue butuh itu soalnya. Biar gue “sane” lah istilahnya. Memang hal yang harus gue lakukan.

Inspirasi?
 
Dari awal belajar gitar sampe sekarang, akumulas. Banyak guru musik, idola gue. Ngambil-ngambil nggak hanya musiknya, tapi, filosofinya, cara belajar, dari teknik sampai harmoni. Banyak-lah. Kadang dari teman-teman, yang dekat juga. 

Buat gue, Sunyotok ini akumulasi dari pengalaman pribadi plus perjalanan spiritual lah. Ini album personal banget buat gue. Jadi, orang mau bilang apa, “it’s mine, man” hahaha.

Perjalanan spiritual dalam bermusik atau personal?
Bermusik, hidup, gue tuangin rasanya di Sunyotok.

Makanya memasukkan fragmen “Amazing Grace” di lagu “Negative”?
Ya, ada yin dan yang. Judulnya khan Negative, setiap hal yang gelap pasti ada terangnya. Kayak yin and yang, kan. Memang ada something calm di tengah yang chaotic. Itu lagunya kan dari awal chaos tapi di tengah ada fiuuh (menghela napas). 

Calm before the next storm hehehe.

Prioritas bagaimana, ada NTRL dan Black Teeth?
Kalau manajemen bisa juggling, gue terima kasih banget.

Sejauh ini bagaimana?
Aman sih. Malam ini gue main tiga kali hehehe. I’m not complaining, di sini hidup gue. Gue suka.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016