Jakarta (ANTARA News) - Forum Perdamaian Dunia (World Peace Forum/WPF) Ke-6 yang diselenggarakan 1 hingga 4 November 2016 di Grand Sahid Jaya, Jakarta, rencananya melibatkan 112 peserta asing dari 50 negara dan 50 peserta dalam negeri.

"Pembukaan akan digelar di Istana Negara. Kemudian untuk acara intinya akan ada enam sesi dengan bahasan yang berbeda-beda," kata Ketua Panitia Penyeleggara WPF ke-6, Wachid Ridwan, dalam konferensi pers yang digelar di kantor "Center for Dialogue and Cooperation among Civilisations" (CDCC), Jakarta, Senin.

WPF merupakan agenda dua tahunan sejak 2006 yang diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah bekerja sama dengan CDCC dan Cheng Ho Multi-Culture Education Trust yang berbasis di Kuala Lumpur, Malaysia.

Dalam setiap penyelenggaraannya, WPF menjadi sebuah forum perdamaian dunia yang menyerukan kehidupan yang harmonis dalam tema besar "Satu Kemanusiaan, Satu Nasib, Satu Tanggung Jawab" (One Humanity, One Destiny, One Responsibility).

Tahun ini, WPF mengusung topik "Melawan Ekstremisme Kekerasan: Martabat Manusia, Ketidakadilan Global, dan Tanggung Jawab Bersama".

Pemilihan topik tersebut berangkat dari situasi global yang masih banyak diwarnai oleh ekstremisme kekerasan (violent extremism), bahkan fenomena ini cenderung menjadi pembahasan utama dalam wacana dan kajian forum-forum tingkat nasional maupun internasional.

Bentuk kekerasan baik verbal maupun fisik merupakan persoalan global yang perlu diselesaikan melalui aksi bersama.

"Ekstremisme kekerasan yang mengatasnamakan agama, etnosentrisme, dan kepentingan politik, telah menjadi salah satu ancaman paling berbahaya bagi peradaban dan martabat manusia. Kekerasan mengambil beragam wujud, terutama dalam bentuk kekerasan fisik, kekerasan verbal, kekerasan negara (state violence), dan kekerasan modal (capital violence)," tutur Ketua Steering Committe WPF ke-6 yang juga dosen FISIP UI, Chusnul Mariyah.

Upaya melawan ekstremisme kekerasan dipandang belum memuaskan karena ada kesenjangan antara pengetahuan dan pemahaman mengenai faktor-faktor penyebab ekstremisme kekerasan dalam konteks ketidakadilan global, yaitu kurangnya kesadaran akan dampaknya yang merusak martabat kemanusiaan dan perdamaian positif, serta kurangnya upaya-upaya kolektif untuk mencegah, mengatasi dan menanggapi ekstremisme kekerasan.

"Kami berupaya menggunakan pendekatan human dignity, sehingga ekstremisme kekerasan dapat digali lebih dalam penyebabnya, yaitu ketidakadilan global, yang biasanya karena kekecewaan politik sosial ekonomi akibat tidak adanya kesetaraan pemenuhan hak dasar dalam konteks global. Aktor negara sering mengabaikan hal ini," ujar Direktur Program CDCC, Yayah Khisbiyah.

WPF ke-6 rencananya akan dibuka oleh Presiden Joko Widodo dan ditutup oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla. Peserta forum ini antara lain tokoh agama-agama, penentu kebijakan, intelektual, politisi dan aktivis dari berbagai latar belakang yang dianggap telah terlibat aktif menciptakan perdamaian dunia.

Beberapa tokoh yang akan hadir yaitu Megawati Soekarnoputri, Tan Sri Lee Kim Yew dari Malaysia, Mantan PM Timor Leste Xanana Gusm'o, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan, Mantan Menteri Pertahanan Timor Leste Julio Tomas Pinto Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian, Shamsi Ali, dan Dubes Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik, dan lain-lain.

Subtopik bahasan akan dibahas dalam enam sesi, yang di antaranya membahas mengenai peran perempuan dalam menanggulangi ekstremisme kekerasan, tanggung jawab komunitas, ketidakadilan global, dan tanggung jawab negara dalam menanggulangi ekstremisme.

Pewarta: Calvin Basuki
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2016