Jakarta (ANTARA News) - Peneliti senior dan pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsuddin Haris meminta pengunjuk rasa yang akan melakukan aksinya pada 4 November mewaspadai penyusup yang ingin mengambil keuntungan.

"Dikhawatirkan ada penumpang gelap maupun terang-terangan," kata Syamsuddin Haris saat diskusi Keprihatinan Anak Bangsa Terhadap Ancaman Kebinekaan, di Jakarta, Kamis.

Diskusi itu antara lain dihadiri pula oleh Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam Mulyadi P. Tamsir, Ketua Umum Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia Chrishman Damanik, Bambang Sulistomo pengamat sosial yang juga anak Bung Tomo, aktivis Emmy Hafild dan wartawan senior Budiarto Shambazy.

Syamsuddin mengatakan para penyusup tersebut ingin mengambil keuntungan untuk diri atau kelompoknya.

Apalagi, Syamsuddin yakin, hampir sebagian besar para pengunjuk rasa tidak mengetahui akar persoalan aksi unjuk rasa tersebut. "Sebagian besar yang demo tidak tahu akar masalahnya," katanya.

Ia juga mengatakan, unjuk rasa memang dibolehkan namun tidak boleh memaksakan kehendak karena bisa membuat masyarakat menjadi trauma. Masyarakat bisa berpendapat perlu unjuk rasa untuk mencapai sesuatu keinginan.

Kepada para elit politik, Syamsuddin meminta untuk menghilangkan sikap saling curiga karena sewaktu-waktu bisa memicu persoalan. Sikap saling curiga tersebut, katanya, karena persaingan di antara para elit terus terjadi.

Sementara itu Mulyadi P. Tamsir mengatakan toleransi dibangun untuk saling menghargai. Ia mengatakan aksi besok bukan merupakan masalah politik namun ketidakadilan hukum.

Sedangkan Chrishman Damanik mengatakan kebinekaan harus tetap dijaga. Saat ini, katanya, Pancasila sudah mulai ditinggalkan. Ia meminta masyarakat kembali menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

Pewarta: Unggul Tri Ratomo
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016