Jakarta (ANTARA News) - Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata Depbudpar, Sambudjo Parikesit, mengatakan pihaknya akan menjadi tuan rumah acara ASEAN Tourism Investment Forum (ATIF) yang akan diselenggarakan di Bali. "Yang pertama telah dilakukan di Kuala Lumpur. Untuk yang kedua di Indonesia akan dilaksanakan pada 20 September 2007 di Bali," kata Sambudjo, dalam pertemuan di Kantor Depbudpar, Jakarta, Selasa. Sambudjo mengatakan ATIF dilaksanakan dengan tujuan mengajak agar negara-negara ASEAN dapat menjadi tempat investasi bagi calon investor dalam pengembangan pariwisata. "Kita kan undang calon investor dari ASEAN ditambah dengan negara dari Timur Tengah yang akan berinvestasi di Indonesia, yaitu Emaar dan Limitless," lanjut Sambudjo. Dia menjelaskan setelah Emaar Internasional dari Dubai, Uni Emirat Arab, yang akan membangun resort, hotel dan tempat rekreasi lahan eks Pusat Pengembangan Pariwisata Lombok (LTDC) di Pantai Mandalika, Lombok Tengah, ada satu investor, yaitu Limitless juga dari Timur Tengah, yang tertarik berinvestasi di Indonesia. "Ada calon investor Limitless dari Timur Tengah yang tertarik untuk berbisnis di Indonesia, yaitu di Jakarta dalam bidang ritel, residence dan di Bali dalam bidang ritel, residence serta tourism," kata Sambudjo. Dia belum menerangkan lebih rinci investasi Limitless dalam pariwisata di Bali seperti apa yang akan dibangun. "Mereka mau studi dulu, juga studi masalah keuangan dan regulasi," kata dia. Sementara untuk Emaar Internasional dari Dubai, Sambudjo mendapat informasi bahwa Emaar akan segera menandatangani nota kesepahaman investasi di Indonesia pada akhir April ini. "Untuk Letter of Intens bahwa investasi itu sudah ditanda-tangani. Saya mendapatkan info dari Pak Alwi (Alwi Shihab, utusan khusus Presiden RI untuk kawasan Timur Tengah) akhir April MOU akan ditanda-tangani untuk tanam modal di Lombok," kata Sambudjo. Pada kesempatan sebelumnya, Sambudjo mengemukakan Emaar Internasional akan membangun resort, hotel dan tempat rekreasi lahan eks Pusat Pengembangan Pariwisata Lombok (LTDC) di Pantai Mandalika, Lombok Tengah. "Grup Emaar itu sudah melakukan dua kali kunjungan ke lokasi langsung dan berminat. Dari 1.200 hektare akan jadi resort, dibangun beberapa hotel, lapangan golf dan tempat rekreasi lainnya," kata Sambudjo. Dia mengatakan lokasi lahan eks Pusat Pengembangan Pariwisata Lombok (LTDC) dikuasai oleh PT PPA (Perusahaan Pengelola Aset) milik Departemen Keuangan sehingga sedang dilakukan proses untuk penyelesaian lahan tersebut dengan pihak PT PPA. "Sudah ada tim yang dibentuk dari PT PPA, beranggotakan pihak yang terkait di propinsi dan kabupaten. Mereka bersama sediakan informasi dan hal-hal yang dibutuhkan oleh calon investor itu sebelum menandatangani MoU," lanjut Sambudjo. Karena masih dalam tahap penjajagan lokasi, Sambudjo mengatakan belum ada kepastian nilai investasi Emaar Intenasional dalam pembangunan destinasi di NTB tersebut. Sebelumnya, Juru bicara Pemprop NTB, Manggaukang Raba di Mataram, Jumat (23/2) mengatakan, investor tersebut sudah bertemu Gubernur H. Lalu Serinata di Jakarta beberapa hari lalu, membicarakan rencana pembangunan fasilitas akomodasi di lahan eks Lombok Tourism Development Centre (LTDC) seluas 1.200 hektar. Pertemuan di Jakarta juga dihadiri utusan PT. Perusahaan Pengelola Aset (PPA), Departemen Keuangan dan PT. Angkasa Pura dengan agenda pembicaraan antara lain mengenai berbagai persyaratan yang diminta oleh investor tersebut. "Dalam kesempatan tersebut gubernur menyanggupi persyaratan yang diminta oleh PT. Emaar asal UEA, demikian juga PT. Angkasa Pura siap merealisasikan pembangunan Bandara Internasional Lombok sesuai jadwal, bahkan disanggupi Bandara itu bisa beroperasi mulai 2009," katanya. Pembangunan Bandara merupakan salah satu persyaratan yang diminta oleh PT. Emaar, selain persyaratan lainnya seperti fasilitas jalan dan jembatan, fasilitas komunikasi, listrik dan air bersih serta sejumlah persyaratan lainnya. Sebagai bentuk keseriusan investor asal UEA itu juga minta Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) khususnya mengenai batas tinggi bangunan yang boleh dibangun di kawasan wisata tersebut. (*)

Copyright © ANTARA 2007