Jakarta (ANTARA News) - Saat para pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta memasuki kampanye, setiap detil penampilan mereka menjadi sorotan. Di era politik modern seperti sekarang, gaya busana menjadi sangat penting untuk membangun citra.

Sebuah studi pada tahun 2006 yang diterbitkan di Psychological Science dan dipimpin oleh Alexander Todorov dari Universitas Princeton mencatat para relawan yang hanya sekilas melihat foto-foto kandidat politikus yang tak dikenalnya mampu memprediksi hingga 70 persen siapa yang akan menang dalam pemilihan umum anggota Senat dan DPR Amerika Serikat tahun 2006.

Berdasarkan hal itu, sangat menarik jika mengulik gaya berbusana para pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta yang akan bertanding di pilkada 2017.

1. "Tacticool" Agus-Sylvi

Pasangan calon gubernur DKI Jakarta nomor urut 1, Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, menciptakan identitas kampanye melalui kaus berkerah warna hitam bercorak putih dengan simbol bendera Indonesia di lengan dengan slogan "Jakarta Untuk Rakyat" dengan nama "Tacticool".

Rico Rustombi, juru bicara tim pemenangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, mengatakan baju Tacticool dirancang sendiri oleh Agus Harimurti sebagai pakaian khusus selama kampanye.



"Mas Agus merancang khusus selama kegiatan kampanye. Fungsi dari tacticool adalah agar Agus merasa nyaman saat kegiatan lapangan sekaligus sebagai kostum yang menunjukkan identitas saat bertemu masyarakat," kata Rico Rustombi melalui sambungan telepon, Rabu.

Pada kaus tacticool terdapat beberapa simbol dan slogan antara lain bendera Merah Putih yang merupakan simbol negara kesatuan Indonesia.

"Bendera Merah Putih dengan makna Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah prioritas Agus agar dijaga tetap utuh dan sebagai simbol nasionalis," lanjut Rico.

"Slogan 'Jakarta Untuk Rakyat' menunjukkan dia hadir sebagai pemimpin baru yang siap melakukan perubahan dan bekerja untuk rakyat Jakarta," ucap Rico.

Adapun untuk pemilihan warna hitam dan putih, menurut Rico, sebagai wujud ketegasan yang menjadi sikap pasangan Agus dan Sylvi.

"Hitam putih adalah ketegasan, hitam ya hitam dan putih ya putih. simbol ketegasan menjalankan bahwa yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah. Itu berangkat dari latar belakang agus dari militer yang disiplin," kata Rico.

Pantauan ANTARA News, sejumlah pusat perbelanjaan seperti Pasar Senen Jakarta Pusat menjual kaus tacticool dengan harga yang beragam mulai Rp60ribu hingga Rp100ribu tergantung ukuran dan bahan.

Lebih lanjut, pihak Agus-Sylvi menyambut baik peluang usaha yang didapat masyarakat dari memproduksi dan menjual kaus tersebut.

"Alhamdulillah, baju ini jadi perhatian masyarakat. Agus tidak mematenkan desain baju atau dibiarkan untuk dipakai dan diproduksi oleh masyarakat secara luas," kata Rico.

2. Kotak-kotak Ahok-Djarot

Pasangan calon gubernur DKI Jakarta nomor urut 2, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat, menggunakan kemeja kotak-kotak warna merah dan hitam guna memberikan kesan berani dan dekat dengan kaum pekerja saat berkampanye.

Nevi Ervina juru bicara tim pemenangan Ahok-Djarot menjelaskan baju kotak-kotak tersebut merupakan ide dari Ahok sendiri.



"Idenya dari pak Ahok sendiri karena beliau ingin menyampaikan bahwa baju kotak-kotak itu identik dengan para pekerja. Jadi jika bekerja bersama-sama, apapun yang kita lakukan bisa kita raih," kata Nevi Ervina melalui sambungan telepon, Rabu.

Ia juga menegaskan pakaian tersebut berbeda dengan baju kotak-kotak yang dikenakan Joko Widodo dan Ahok pada Pilgub 2012.

"Saat bersama Pak Jokowi kotak-kotaknya lebih kecil dan lebih berwarna. Saat ini baju kotak-kotak Pak Ahok ukuran kotaknya lebih besar," lanjut dia.

Terkait pemilihan warna hitam dan merah, Nevi menjelaskan bahwa merah menyimbolkan bahwa Ahok adalah pemimpin yang berani. Sedangkan warna hitam menandakan Ahok siap turun ke lapangan untuk menjalankan program pembangunan.

"Warna merah menadakan berani, hitam itu menandakan merakyat atau membumi seperti tanah, siap berkotor-kotor, paham membangun dan bersilaturahmi ke dalam masyarakat," kata dia.

Nevi menjelaskan Ahok mengizinkan kemeja tersebut dijual oleh relawan kepada para pendukung dengan syarat tidak dijual dengan harga mahal. 

"Pak Ahok memang tidak jualan, tapi beberapa relawan memfasilitasi untuk itu, misalnya Teman Ahok," lanjut Nevi.

Adapun kemeja kotak-kotak yang dijual Teman Ahok, menurut Nevi, seharga Rp100ribu sampai Rp150 ribu tergantung ukuran.

"Pak Ahok bilang bajunya jangan mahal-mahal karena mau dipakai sama-sama. Jangan ambil untung besar, yang penting ada untung sedikit yang bisa dipakai untuk operasional," lanjut dia.

3. Serba putih Anies-Sandi

Pasangan calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut 3, Anies Baswedan-Sandiaga Uno, mengenakan busana sederhana berupa kemeja putih lengan panjang saat berkampanye untuk Pemilihan Gubernur DKI 2017.

Kemeja putih yang terkadang dilengkapi dengan selendang atau pin bertuliskan slogan "Salam Bersama" itu dimaknai sebagai simbol pemimpin yang bersih oleh relawan Anies-Sandi.



"Warna putih itu mencitrakan sesuatu yang bersih. Secara langsung dengan pakaian itu melambangkan pemimpin bersih, berjiwa ikhlas, sejuk dan santun," kata Jamal Hidayat selaku manajer Roemah Joeang yang menjadi lokasi berkumpulnya relawan dan tim pemenangan Anies-Sandi di Jalan Brawijaya IX, Jakarta Selatan, Rabu.

Namun pihak relawan tidak menyediakan kemeja putih untuk dibagikan atau dijual kepada sesama relawan. Menurut Jamal, relawan bisa membuat sendiri kemeja yang serupa.

"Enggak dijual. Relawan bisa mencetak sendiri, kami akan kasih desain namun cetak sendiri. Namanya juga relawan ya berjuang dengan sendirinya," kata Jamal.

Kendati tidak menyediakan kemeja, Jamal mengatakan pihak relawan sudah menyediakan kaus putih dengan tulisan tertentu untuk para relawan. "Kami menyediakan kaus warna putih dengan tulisan tertentu untuk relawan."

Beni, relawan lain yang berada di Roemah Joeang, juga mengatakan kemeja putih itu sudah menjadi ciri khas pasangan Anies-Sandi selama kampanye. Kendati demikian, baik Jamal dan Beni tidak mengetahui siapa yang pertama kali mencetuskan ide kemeja putih untuk dipakai kampanye.

Selain kemeja putih, Anies-Sandi juga menciptakan logo kampanye "Salam Bersama" yaitu gambar tangan berwarna merah putih dengan tulisan "Salam Bersama". Logo Salam Bersama digunakan pada pin dan kemeja, salam itu juga dipakai untuk menyapa warga dengan gerakan mengangkat tangan kanan setinggi kepala dengan telapak terbuka.

Garang, merakyat dan sederhana

Pengamat mode Susan Budihardjo mengemukakan pendapatnya mengenai busana yang jadi ciri khas tiga pasangan calon pemimpin DKI Jakarta.

Secara garis besar, Susan berpendapat setiap pasangan cagub-cawagub punya penampilan yang berkarakter.

Untuk mencerminkan posisi sebagai calon gubernur dan wakil gubernur, kemeja adalah pilihan yang dinilai paling tepat.

“Asal tidak dengan T-shirt yang berlogo,” kata saat dihubungi ANTARA News melalui pesan singkat.

1. Agus-Sylvi

Kandidat nomor urut satu, Agus Harimurti Yudhoyono - Sylviana Murni mengenakan baju "tacticool" serupa dengan seragam tactical yang dikenakan di dunia militer.

Seragam Agus - Sylvi disebut Susan terlihat paling bergaya, namun emblem-emblem yang menghiasi jadi nilai minus dari segi fashion.

“Adanya emblem-emblem jadi seperti teknisi atau crew,” kata Susan..

Potongan militer dari  seragam “tacticool” dinilai Susan memberi kesan “garang”, berbeda dengan dua pasangan lain.

2. Ahok-Djarot

Kemeja kotak-kotak yang dikenakan Ahok - Djarot punya kesan santai, kasual dan apa adanya duduk di peringkat kedua versi Susan.

Sementara itu, perancang Cynthia Tan berpendapat kenyamanan jadi prioritas untuk seragam khas calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta.

“Saya memilih (busana) Ahok karena tidak terlalu formal, stylist dan fashionable untuk casual wear,” ujar perancang jas anggota Boyzone saat konser di Jakarta beberapa waktu silam.

3. Anies-Sandi

Dari ketiga kandidat, Susan paling suka dengan gaya Anies - Sandi yang sederhana karena mengusung warna putih, memberi kesan bersih.

“Warna polos menurut saya adalah pilihan yang tepat, disamping motif geometris garis dan kota, misalnya,” kata Susan.

Sementara, Didiet Maulana yang punya lini mode IKAT Indonesia menilai para calon pasangan seharusnya lebih mengutamakan kenyamanan sebagai pilihan gaya busana saat maju pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta.

Yang penting bagi tiap kandidat adalah busana yang dikenakan terasa nyaman untuk dipakai beraktivitas.

“Sebaiknya menggambarkan keseharian pribadi dan kenyamanan masing-masing serta sesuai karakter masing masing.”

Orisinalitas baju kampanye

Baju kampanye atau kostum tiga pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta menuai beragam komentar dari para pemilih ibu kota, mulai dari orisinilitas hingga gaya yang mereka pilih.

Endah (34), warga kawasan Tanjung Barat mengatakan, dari ketiga paslon, hanya pasangan Agus-Slyvi yang menurutnya orisinil, yakni kaos ber-badge di bagian lengan dan batik bermotif ondel-ondel.

"Ahok mengikuti gaya Pak Jokowi. Anies juga mengikuti Pak Jokowi. Agus yang orisinil," tutur dia kepada ANTARA News dalam pesan elektroniknya, Rabu.

Kendati begitu, perempuan yang merupakan PNS di Jakarta itu mengatakan apa pun atribut paslon tidak akan mempengaruhi pilihannya dalam Pilkada 2017 mendatang.

"Bagiku, mereka pake baju apa pun enggak pengaruh. Kalau dari pandanganku, atribut tidak pengaruh. Aku lihat dari cara mereka bersikap dan berpendapat," tutur Endah.

Di lain sisi, Sandara (30), warga asal Jakarta Timur justru beranggapan gaya berbusana ketiga paslon saat kampanye kurang "kece" dari sisi fesyen.

"Kurang fashionable. Mereka lebih memperhatikan dari sisi kepentingan politik atau partai. Harusnya mereka hire fashion stylist kali ya," kata dia dalam kesempatan berbeda.

Sementara itu, Iit Septyaningsih (25) berpandangan pemilihan busana kampanye Agus menitikberatkan rasa Indonesia dari sisi mantan prajurit.

"Agus, bagus sih variatif, tampaknya dia ingin menunjukkan ke-Indonesiannya secara dia mantan prajurit. Jadi pasti kostum dia ingin menunjukkan hal itu," kata dia.

Lain lagi dengan pasangan Anies-Sandiaga yang identik dengan kemeja putih panjang polosnya. Menurut perempuan berhijab itu, Anies dan Sandiaga terkesan ingin menunjukkan transparansi.

"Kalau Anies, putih itu kan berarti suci putih bersih. Dia mau menunjukkan kesan pemerintahan dia nanti bakal putih transparan bersih," tutur Iit.

Sementara, busana kotak-kotak Ahok-Djarot, sambung dia, seperti melambangkan keberanian dan ketegasan bila nantinya terpilih memimpin Jakarta.

"Ahok, (kostum) merah melambangkan warna partai pengusungnya dan menunjukkan keberanian dan ketegasan. Mungkin itu yang mau dia bawa pas memerintah DKI," kata dia.
Tak ingin mempermasalahkan orisinilitas, Iit mengatakan kostum Ahok-Djarot terkesan mengisyaratkan strategi paslon tidak berbeda jauh dari pilkada sebelumnya.

"Kalau kotak-kotaknya ya karena dulu Jokowi juga kotak-kotak secara partai pengusungnya sama strategi juga enggak bakal beda jauh," pungkas dia.

Hal senada diungkapkan, Indriyani Astuti. Bagi dia, orisinil atau tidak, ketiga pasangan calon tentu ingin membangun citra mereka sesuai karakter masing-masing.

"Orisinil sih karena kan mereka ingin membangun citra yang beda-beda sesuai karakter masing-masing," kata dia.

(Pewarta: Alviansyah Pasaribu, Nanien Yuniar, Sella Panduarsa)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016