Lebak (ANTARA News) - Kepala Dinas Cipta Karya Kabupaten Lebak Wawan Hermawan mengatakan pembangunan Gedung Museum Multatuli seluas 2.200 meter persegi di Kota Rangkasbitung selesai Desember 2016.

"Kami menargetkan pembangunan museum itu sekaligus memperingati Hari Lebak yang jatuh 2 Desember mendatang," kata Wawan Hermawan di Lebak, Sabtu.

Pembangunan rumah "Max Havelaar" tersebut menghabiskan dana Rp16 miliar dan dilengkapi dokumen tentang Multatuli juga benda peralatan tempo dulu.

Gedung museum Max Havelaar itu bagian sejarah kelam masyarakat Kabupaten Lebak pada zaman Belanda.

Max Havelaar seorang Asisten Residen Lebak 1850 yang melihat penindasan terjadi kaum bumi putra di daerah Kabupaten Lebak, mereka diperas oleh para mandor, para demang, dan para bupati.

Mereka keluarga para kuli tinggal di desa-desa sekitar perkebunan secara melarat dan ditindas dengan diperlakukan kurang adil oleh para petugas pemerintah setempat.

Karena itu, novel Max Havelaar karya pena Multatuli merupakan bagian sejarah dunia.

"Kami optimistis gedung museum Max Havelaar itu berdampak positif terhadap proses percepatan pembangunan di daerah itu," ujarnya.

Menurut dia, pembangunan gedung museum rumah Max Havelaar itu manfaatnya cukup besar, selain mendatangkan ribuan wisatawan mancanegara.

Sebab sejarah Multatuli sudah menembus dunia dan cukup terkenal di Benua Eropa, seperti Belanda, Inggris, Swis dan Italia.

Pembangunan museum itu juga merupakan pelestarian sejarah kehidupan tempo dahulu saat Indonesia dijajah oleh Belanda.

Di samping itu, dapat meningkatkan ilmu pengetahuan bagi masyarakat, akademis tentang karya novel Max Havelaar itu.

"Saya kira pembangunan rumah Max Havelaar bisa mendatangkan wisatawan domestik dan mancanegara," ujarnya.

Sementara itu, pakar Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Kabupaten Lebak Akhmad Kusaeni mengatakan, pihaknya berharap pembangunan museum itu dapat melestarikan sejarah yang terjadi pada masa penjajahan Belanda.

Pada zaman itu terdapat warga Belanda bernama Max Havelaar' seorang Asisten Residen Lebak 1856 yang mengangkat nasib buruk rakyat Lebak.

Sejarah Multatuli itu sudah dikenal hingga Benua Eropa dan Amerika Serikat.

"Kami berharap gedung Multatuli ini bisa dikenang oleh masyarakat Lebak juga dijadikan pelajaran sejarah kepada anak-anak cucu," katanya.

Pewarta: Mansyur
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016