Jakarta (ANTARA News) - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) M. Nasir mengatakan siap berkoordinasi lintas Kementerian terkait dengan kebijakan yang mendukung produksi motor listrik Garansindo Electric Scooter ITS (Gesits).

"Jangan sampai teknologi anak bangsa ini ketinggalan karena terhambat regulasi," kata Menristekdikti di Jakarta, Sabtu.

Menurut dia, sumber tenaga surya di Indonesia memiliki potensi yang besar untuk pengembangan energi listrik.

Untuk itu, pihaknya akan berkoordinasi dengan berbagai pihak, seperti Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian Perhubungan, PT PLN (Persero), dan pihak lainnya guna mendukung transportasi motor listrik.

Setelah melewati uji jalan selama 5 hari sejauh 1.400 kilometer, dari Jakarta hingga Denpasar, menurut dia, motor listrik hasil pengembangan Intitut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dengan Garasindo Group ini dalam kondisi yang baik dan siap untuk diproduksi.

Sebagai tindak lanjut keberhasilan uji coba Gesits, telah dilakukan pula Penandatanganan Kesepakatan Bersama antara Garansindo Group, PT PLN (Persero), dan Ikatan Alumni ITS.

"Saya juga selalu sampaikan kepada para peneliti untuk memperhatikan komposisi komponen impor dari suatu produk yang dikembangkan. Karena takut harganya tidak bisa bersaing, harus bisa produksi sendiri," ujarnya.

Selain itu, dia juga berpesan kepada para rektor perguruan tinggi supaya mulai saat ini riset yang dilakukan oleh para dosen atau peneliti harus berbasis "output", bukan hanya sebatas laporan.

Sejumlah kebijakan baru terkait akun barang dengan perlakuan khusus untuk riset, Mekanisme Block Grant, dan adanya Standar Biaya Keluaran (SBK) dengan klasifikasi manuscripct, model, publikasi nasional, publikasi internasional, publikasi internasional bereputasi, riset berbasis inovasi berdasarkan tingkat kesiapan teknologi, dan sebagainya diyakini akan membuat lisensi dari peneliti lebih banyak diberikan ke industri.

Nasir juga tidak ingin para peneliti dari lembaga penelitian hingga perguruan tinggi justru direpotkan dengan pertanggungjawaban keuangan yang lebih berat dari penelitiannya sendiri.

Pewarta: Virna P
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016