PBB (ANTARA News) - Amerika Serikat dan China sepakat soal sanksi-sanksi baru PBB terhadap Korea Utara atas uji coba nuklir yang dilakukan negara itu pada September.

Namun, ungkap seorang diplomat senior pada Dewan Keamanan PBB, Rabu, Rusia belum menyatakan sikap terhadap rancangan resolusi menyangkut sanksi baru tersebut.

Diplomat yang tidak ingin diungkapkan jati dirinya itu meyakini bahwa China bisa membujuk Rusia untuk menyetujui sanksi-sanksi baru dan bahwa Dewan Keamanan beranggotakan 15 negara itu sudah bisa melakukan pemungutan suara paling cepat minggu depan.

Sejak Korut melakukan uji coba nuklir kelima kalinya, dan terbesar, pada 9 September, Amerika Serikat dan China telah merundingkan rancangan resolusi baru Dewan Keamanan untuk menghukum Korut.

Rancangan sudah disebarkan ke tiga anggota permanen Dewan Keamanan lainnya yang memiliki hak veto, yaitu Inggris, Prancis dan Rusia.

"(Lima anggota permanen) sudah semakin dekat untuk menyetujui rancangan resolusi," kata diplomat itu, seperti dilaporkan Reuters.

"Kuncinya adalah bahwa China dan AS, yang memimpin (langkah) ini, harus sepakat. Jadi, masalahnya sekarang ada pada Rusia.

"Rusia berusaha mengulurnya tapi China merasa nyaman dengan isi (rancangan resolusi)," kata sang diplomat.

Dua diplomat lainnya pada Dewan Keamanan membenarkan bahwa China telah setuju soal sanksi baru tapi Rusia masih keberatan.

Diplomat senior mengatakan rancangan resolusi tersebut menutup celah sanksi-sanksi yang diterapkan terhadap Korut oleh Dewan Keamanan pada Maret setelah Pyongyang untuk keempat kalinya menguji coba nuklir pada Januari.

Sanksi itu diterapkan pada ekspor batu bara Korut sementara sejumlah nama baru dikenai sanksi bepergian serta pembekuan aset, kata diplomat itu.

Pada Maret, Dewan Keamanan mengeluarkan larangan bagi 193 negara anggota PBB mengimpor batu bara, besi dan bijih besi dari Korea Utara kecuali impor dilakukan untuk "tujuan kehidupan" dan tidak akan menghasilkan pendapatan bagi program nuklir dan peluru kendali Pyongyang.

Batu bara merupakan komoditi penting bagi perekonomian Korea Utara karena merupakan satu-satunya sumber daya untuk meningkatkan pendapatan serta ekspor terbesar negara itu.

Batu baru juga ditukar untuk barang-barang penting, seperti minyak, makanan dan mesin.

(Uu.T008)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016