London (ANTARA News) - Romo Franz Magnis Suseno S.J. dianugrahi penghargaan Premio Internazionale Matteo Ricci atau Matteo Ricci Award (MRA) atas perannya dalam memajukan dialog antarumat beragama di Indonesia.

Penghargaan untuk Romo Magnis itu diserahkan dalam satu seremoni di Milan, Italia, yang dihadiri 150 undangan, baik dari kalangan akademisi dan mahasiswa Italia, serta parta pastor dari Societa Jesuit Indonesia.

Penghargaan diserahkan oleh Dewan Fakultas Sosial Politik Universitas Sacro Cuore, salah satu universitas terkemuka di Italia yang didirikan tahun 1921 oleh Pastor Agostino Gemelli dan rekan-rekan, demikian Counsellor Pensosbud KBRI Roma, Charles F Hutapea, kepada Antara London, Jumat.

Matteo Ricci Award adalah penghargaan yang terinspirasi dari jasa Pastor Matteo Ricci (1552-1610), seorang misionaris sekaligus ilmuwan matematika dan astronomi Katolik dari Italia yang menjadi lambang ideal dari persaudaraan antarmanusia.

Hadir dalam penyerahan penghargaan itu, Rektor Universitas Katolik Sacro Cuore Milan dan Konsul Penerangan Sosial dan Budaya KBRI Roma yang mewakili Duta Besar RI untuk Italia.

Menurut Rektor Universitas Sacro Cuore, Franco Anelli, Romo Magnis dipandang sebagai tokoh dengan kontribusi mendasar bagi dialog antarkeyakinan, baik dalam bidang sains dan akademik maupun diskusi publik.

Ia juga dinilai telah berdedikasi tanpa lelah dalam advokasi terhadap toleransi antarkeyakinan di Indonesia. Indonesia sendiri diakui sebagai negara yang mampu mengelola perbedaan dan pluralisme dalam masyarakatnya, dimana Pancasila hadir sebagai falsafah dasar bangsa.

Karakter spesifik yang dimiliki Pastor Matteo Ricci dan Romo Magnis adalah keduanya memiliki kultur budaya dan pengetahuan yang tinggi, sehingga keduanya berperan besar dalam dunia pendidikan. Matteo Ricci pada abad ke-16 mencapai daratan China dan memulai dialog budaya dengan masyarakat China.

Romo Magnis memilih Indonesia sebagai tanah airnya dan bahkan menggunakan nama Jawa sebagai nama keluarga, sebagai bukti kecintaannya pada budaya Indonesia.

Dalam kesempatan ini, Romo Magnis Suseno menyampaikan kuliah umum (Lectio Cathedrae Magistralis) dengan tema "Bearing Witness to the Gospel in a Muslim Society. A Learning Process" yang menceritakan mengenai pengalamannya sebagai misionaris Jerman yang menyelami kehidupan masyarakat Jawa hingga kemudian memilih menjadi WNI pada tahun 1977.

Dalam proses asimilasinya, Romo memperoleh proses pembelajaran mendalam akan pentingnya komunikasi yang baik dengan masyarakat sekitar melalui dialog antarkeyakinan. Ketika kini muncul ekstremisme atas nama agama, tantangan baru hadir dalam hubungan antarumat. Untuk itu, semakin diperlukan adanya dialog dalam bahasa yang bijaksana.

Romo Franz Magnis Suseno S.J. adalah Profesor Emeritus Sekolah Tinggi Driyarkara, Jakarta dan merupakan salah satu intelektual Katolik terkemuka di Indonesia. Ia menulis sejumlah buku, antara lain "Etika Jawa dan Etika Politik", menjadi anggota Indonesia-Germany Advisory Group (IGAG), salah satu program kerja Kementerian Luar Negeri RI tahun 2014-2015.

Pada tahun 2015, Romo Magnis mendapatkan penghargaan Bintang Mahaputera dari Presiden RI. Pada kesempatan penganugerahan MRA, Romo Magnis dengan bangga mengenakan dekorasi lencana Bintang Mahaputera tersebut.

Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016