Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak 23 calon duta besar Indonesia untuk negara-negara sahabat yang diajukan Presiden Joko Widodo perlu diapresiasi karena mereka berkualitas dan mempunyai kemampuan berdiplomasi yang baik, kata anggota Komisi I DPR Charles Honoris.

"Pilihan nama-nama calon dubes yang diajukan Presiden Joko Widodo sangat bagus. Banyak tokoh-tokoh berkualitas yang diusulkan kali ini untuk negara-negara yang strategis bagi Indonesia," katanya di Jakarta, Minggu.

Charles mencontohkan, dubes Indonesia untuk Jepang akan diisi Arifin Tasrif, seorang profesional yang sudah berhasil di beberapa BUMN strategis. Dia meyakini Arifin bisa meningkatkan investasi Jepang di Indonesia.

"Lalu ada rekan saya di Komisi I yaitu Pak Tantowi Yahya yang akan mengisi jabatan dubes di Selandia Baru. Indonesia bisa banyak belajar dari Selandia Baru dalam mengelola sektor pertanian," ujarnya.

Politikus PDI Perjuangan itu bisa memastikan bahwa Tantowi adalah salah satu anggota Komisi I DPR yang berkualitas dan paling mumpuni untuk menjadi wajah Indonesia di negara sahabat.

Selain itu menurut dia, dari kalangan diplomat karir ada Sekjen Kementerian Luar Negeri Kristiarto Legowo menjadi dubes Indonesia untuk Canberra, Australia dan Hasan Kleib dubes Indonesia di Jenewa, Swiss.

"Sebagai Sekjen Kemlu, Pak Kris sangat piawai dalam pengelolaan keseharian Kemlu. Beliau adalah pribadi yang sangat luwes dan pandai berdiplomasi sehingga hubungan Indonesia-Australia sangat berwarna karena itu penempatan Pak Kris sudah tepat," katanya,

Charles mengatakan, dalam waktu dekat, Komisi I DPR akan melaksanakan uji kelayakan dan kepatutan calon dubes sebelum memberikan pertimbangan kepada presiden.

Berdasarkan informasi yang beredar, ada 23 nama calon dubes yang diajukan pemerintah untuk diuji kelayakan dan kepatutan di DPR, yaitu:

1. Tokyo - Arifin Tasrif
2. Athena - Ferry Adamhar
3. Bogota - Priyo Iswanto
4. Canberra - Kristiarto Legowo
5. Dili - Sahat Sitorus
6. Jenewa - Hasan Kleib
7. Kabul - Mayjen Dr. Ir. Arief Rachman
8. Kolombo - Ngurah Ardiyasa
9. Kiev -Prof Dr Yuddy Chrisnandi
10. Manama - Nur Syahrir Rahardjo
11. Roma - Esti Andayani
12. Seoul - Umar Hadi
13. Wina - Darmansjah Djumala
14. New Delhi - Arto Suryo-di-puro
15. Dhaka - Rina Soemarno
16. Amman - Andy Rachmianto
17. Bratislava - Wieke Adiwoso
18. Dar Es Salam - Prof. Radar Pardede
19. Wellington - Tantowi Yahya
20. Zagreb - Komjen (pol) Sjahroedin
21. Astana - Rachmat Pramono
22. Tunis - Ikrar Nusa Bhakti
23. Kuala Lumpur - Rusdi Kirana.

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016