Austin (ANTARA News) - Ilmuwan menggunakan teknologi pemindaian canggih pada fosil tulang nenek moyang manusia purba dari Ethiopia, yang dijuluki "Lucy", menemukan bahwa dia mahir memanjat pohon, selain berjalan, dalam masalahnya mungkin terbukti fatal.

Peneliti pada Rabu mengumumkan hasil ulasan mendalam atas fosil Lucy, yang berusia 3,18 juta tahun, anggota jenis awal dalam silsilah evolusi manusia, yang dikenal sebagai Australopithecus afarensis.

Pemindaian dari tulang lengan Lucy menunjukan terbentuk sangat kuat, seperti simpanse, menunjukan bahwa anggota jenis itu menghabiskan waktu berarti dalam memanjat pohon dan menggunakan lengannya untuk menarik diri di cabang pohon.

Australopithecus afarensis memiliki gabungan sifat seperti kera dan manusia. Ilmuwan mengetahui kakinya beradaptasi untuk berjalan tegak dengan dua kaki, bukan menggenggam pohon, tetapi masih bertanya-tanya tentang apakah jenis itu masih menghabiskan waktu di pohon seperti nenek moyangnya.

Simpanse, yang dinilai sebagai makhluk hidup "terdekat" manusia, menghabiskan banyak waktunya di pohon.

Peneliti melakukan pemindaian komputerisasi (CT scan) dengan sinar X beresolusi tinggi pada fosil Lucy di Universitas Texas dan membandingkan temuan pada data pada tulang belulang manusia modern dan simpanse.

"Debat mengenai apakah Lucy memanjat pohon atau tidak telah berlangsung sengit sejak penemuannya 42 tahun yang lalu pada bulan ini, penelitian kami membawa akhir dari perdebatan," kata ahli paleoantropologi Universias Texas John Kappelman, salah satu peneliti dalam penelitian yang diterbitkan dalam jurnal PLOS ONE.

Penemuan Lucy pada tahun 1974 lalu, menciptakan sensasi ilmiah dan menjelaskan tahap awal dari evolusi manusia. Spesies kita, Homo sapiens, muncul di Afrika 200 ribu tahun yang lalu.

"Analisa kami memerlukan tulang lengan bagian atas dan bawah dari individu yang sama dalam keadaan yang terawat baik, sesuatu yang sangat jarang dalam catatan fosil," tambah penulis utama penelitian christopher Ruff yang juga seorang profesor anatomi fungsional dan evolusi di Fakultas Kedokteran Universitas Jhons Hopkins, Baltimore.

Temuan itu sangat cocok dengan penelitian yang diterbitkan pada Agustus lalu oleh Kappelman dan peneliti lainnya yang menyimpulkan bahwa Lucy kemungkinan meninggal dunia setelah terjatuh dari sebuah pohon, berdasarkan patah tulang yang terdeteksi di fosil tersebut.

Dalam penelitian sebelumnya, Kappelman telah berhipotesis bahwa Lucy memiliki tinggi badan sekitar 3,5 kaki atau 1,07 meter, beraktivitas di tanah dan berlindung di pohon ketika malam hari. Lukanya menunjukan dia jatuh dari ketinggian lebih dari 40 kaki (12 meter).

"Itu mungkin tampak unik dari sudut pandang kami bahwa hominin (anggota garis keturunan evolusi manusia) awal seperti Lucy mengombinasikan berjalan di tanah dengan dua kaki dengan memanjat pohon dalam jumlah berarti, tapi Lucy tidak tahu bahwa dia unik," katanya. Demikian laporan Reuters.

(Uu.R030/B002)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016