Jakarta (ANTARA News) - Dari kantor berita AFP sampai CNN, dari BBC sampai news.com.au di Australia, media massa global memberikan sorotan luas terhadap gempa bumi dahsyat yang episentrumnya berada di Kabupaten Pidie Jaya, daerah timur laut Aceh, itu.

Di bawah judul "Deadly magnitude 6.5 earthquake hits Aceh in Indonesia", lembaga penyiaran terkemuka Inggris BBC mengutipkan pernyataan Bupati Pidie Jaya Said Mulyadi bahwa jumlah  korban tewas akibat bencana ini kemungkinan akan terus bertambah dari 25 orang yang diklaim sekarang.

BBC juga berusaha melaporkan bahwa gempa bumi ini mengingatkan kepada gempa bumi dahsyat yang disusul tsunami pada 2004 yang disebut BBC telah menewaskan 120.000 orang. Menurut US Geological Survey, pusat gempa bumi ini berada pada kedalaman 17,2 km.

Mengantarkan berita dalam judul "At least 25 dead in Indonesian earthquake: officials", kantor berita AFP melukiskan dahsyatnya gempa bumi ini dari kesaksian warga Pidie Jaya, salah satunya warga Meureudu, ibu kota Kabupaten Pidie Jaya, bernama Hasbi Jaya (37).

Hasbi menyebutkan sesaat setelah berlari keluar rumah, dia mendapati rumahnya dan tetangganya roboh diratakan dengan tanah oleh gempa bumi itu.

Sedangkan CNN yang salah satunya menurunkan judul "Earthquake in Indonesia's Aceh province kills 26", mewartakan bahwa gempa Pidie Jaya ini telah meluluhlantakkan banyak rumah dan bangunan, namun tak ada peringatan tsunami untuk gempa ini.

CNN menyebutkan, bencana alam besar sepertinya tidak asing di Aceh, dengan merujuk gempa bumi dahsyat disusul tsunami pada 2004 yang disebut CNN merenggut 80.000 nyawa dan membuat jutaan orang kehilangan tempat tinggal.

CNN juga mengatakan Indonesia relatif biasa diguncang gempa karena berada di Cincin Api Pasifik.  Cincin Api Pasifik adalah rangkaian wilayah seperti tapal kuda di sepanjang 40.000 km yang acap mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik.

Media online Selandia Baru, stuff.co.nz, juga memberikan perhatian luas kepada gempa bumi yang beberapa waktu lalu pernah menerjang negeri itu. Stuff.co.nz, salah satunya mengutipkan cuitan Kepala BNPB Sutopo Purwo Nugroho yang melukiskan kedahsyatan gempa bumi ini.

Dalam cuitannya di Twitter, Sutopo menyampaikan kabar yang juga di-mention ke akun Twitter Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kala, "Masjid Ulee Glee di Kec. Bandar Baru Kab Pidie Jaya runtuh akibat gempa 6.5 SR di Pidie Jaya 7/12/2016 @jokowi @Pak_JK @BNPB_Indonesia."

Stuff.co.nz juga mengutipkan pernyataan Kepala Palang Merah Indonesia (PMI) Aceh Rudianto kepada jaringan Fairfax Media bahwa fokus saat ini adalah mengevakuasi orang-orang yang terperangkap dalam bangunan-bangunan yang runtuh.

Lain lagi dengan news.com.au Australia yang juga melukiskan dahsyatnya gempa bumi ini di mana disebutkan oleh media ini sejumlah bangunan di Meuredu, termasuk toko-toko, rata dengan tanah.

The Telegraph Inggris menurunkan judul "Frantic rescue after earthquake kills at least 54 people in Indonesia's Aceh province".

Hampir sama dengan BBC, The Telegraph mengingatkan gempa bumi dengan gempa super-dahsyat yang memicu tsunami pada 2004 yang menewaskan seratusan ribu warga Aceh.

Versi online salah satu surat kabar terbesar di Inggris ini berusaha menggarisbawahi kedahsyatan gempa ini dengan mengutipkan testimoni warga setempat bernama Musman Aziz. "Mengerikan sekali, guncangannya jauh lebih dahsyat dari gempa bumi 2004."

Kantor berita Antara sendiri menjadi salah satu yang pertama memberitakan berita ini. Kabar pertama justru siar dari Meulaboh yang berada jauh di selatan Aceh.

Gempa kali ini cukup kuat terasa di wilayah Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat dan sekitarnya sehingga warga berhamburan keluar rumah pada pukul 05.05 WIB pada saat sebagian warga masih tidur.

"Memang masih tidur, gempa terasa seperti bumi ini dihempas dan berayun, begitu terjaga sedikit panik, rangkul anak langsung lari buka pintu ke luar," kata Yusna salah seorang ibu rumah tangga di Komplek perumahan Blang Beurandang.

Meulaboh adalah salah satu daerah yang paling parah disapu gempa bumi dan tsunami dahsyat 12 tahun silam.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016