Jakarta (ANTARA News)- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar uang Jakarta, Senin pagi, melemah empat poin menjadi Rp9.095/9.099 per dolar AS dibandingkan dengan posis penutupan akhir pekan lalu pada level Rp9.091/9.097. Analis Valas PT Bank Saudara, Yusuf, di Jakarta, mengatakan bahwa rupiah merosot karena pelaku pasar berspekulasi melepas mata uang lokal itu untuk mencari untung (profit-taking). Namun, spekulasi lepas rupiah relatif kecil, karena pelaku lokal masih ragu-ragu melihat dolar AS di pasar regional cenderung melemah, sehingga posisinya masih tetap di bawah level Rp9.100, katanya. Meski demikian, lanjutnya, peluang rupiah untuk menguat lagi masih besar, karena dukungan faktor eksternal masih tetap tinggi. Apalagi AS masih khawatir dengan inflasinya yang cenderung meningkat yang menimbulkan kekhawatiran atas beratnya pertumbuhan ekonominya, ucapnya. Dikatakannya kenaikan rupiah juga kemungkinan akan didukung oleh ekonomi China yang makin memanas (overheating). Untuk itu pemerintah China berencana akan menaikkan tingkat suku bunganya untuk meredam pertumbuhan tersebut. Namun China juga agak ragu-ragu untuk menaikkan suku bunganya, karena akan menekan permintaan komoditas produknya, katanya. Rupiah, menurut dia, sepanjang pekan ini masih akan berkutat di level antara Rp9.050 hingga Rp9.100 per dolar AS, meski dukungan untuk terus menguat di bawah tersebut cukup besar. Hal ini disebabkan Bank Indonesia (BI) masih tetap mengawasi pergerakan rupiah agar tidak jauh berada dalam kisaran tersebut. BI tidak menginginkan rupiah mendekati level Rp9.000 per dolar AS, ucapnya. Faktor lain yang juga memicu rupiah, menurut dia, pasar saham Asia membaik, karena pelaku aktif memburu saham blue chip seperti Samsung Electronics akibat membaiknya bursa Wall Street. Kenaikan harga saham itu memicu sejumlah indeks menguat seperti indeks Nikkei, Jepang naik 1,02 persen, indeks Kospi menguat 1,04 persen dan indeks SP/ASX 200 melonjak 0,50 persen. Karena itu peluang rupiah untuk kembali menguat pada sesi sore cukup besar, sehingga posisinya akan kembali jauh dibawah level Rp9.100 per dolar AS, demikian Yusuf. (*)

Copyright © ANTARA 2007