Jakarta (ANTARA News) - Cordyceps, sejenis jamur yang berasal dari Gunung Baekdu, Tiongkok, telah berhasil dikembangkan oleh perusahaan asal Taiwan di dalam sebuah pabrik di Indonesia dan di proses menjadi produk herbal dengan banyak manfaat.

"Mulanya cordyceps tumbuh secara alami di Gunung Baekdu di Tiongkok dan dikonsumsi sebagai obat. Sekarang ini kami membudidayakannya di dalam botol tanpa mengurangi nutrisi dan khasiat yang terkandung di dalamnya," jelas pengusaha budidaya cordyceps, Frisca Sucianto, di Jakarta, Sabtu.

Dia menjelaskan cordyceps berasal dari ngengat yakni sejenis serangga yang bertelur pada daun atau di dalam tanah. Larva yang menetas bergerak ke dalam tanah dan terinfeksi oleh spora cordyceps hingga tumbuh batang jamur yang menghasilkan spora, yang kemudian akan menginfeksi larva lainnya.

Frisca mengatakan menumbuhkan cordyceps di alam membutuhkan waktu selama setahun, karenanya perusahaannya, Mucho Cordyceps, membudidayakan jamur yang terdiri atas 400 jenis ini di dalam botol dengan media beras dan air yang ditambahkan spora cordyceps.

"Dengan proses ini cordyceps tumbuh dalam waktu tiga bulan," jelasnya, menambahkan bahwa hasil uji DNA (genetika) terhadap cordyceps dalam kemasan botol sama dengan jamur yang tumbuh di alam.

Menurut Frisca, ada dua jenis cordyceps yang telah dikenal sebagai bahan obat-obatan yakni cordyceps militaris dan cordyceps sinensis.

Jenis yang pertama, imbuhnya, dulu hanya dikenal di kalangan para kaisar, sedangkan masyarakat biasa hanya dapat mengonsumsi cordyceps sinensis.

"Kami membudidayakan cordyceps militaris dalam botol dan telah mengemasnya dalam bentuk kapsul herbal sehingga mudah dikonsumsi," kata Frisca.

Sejumlah penelitian ilmiah yang dipublikasikan dalam jurnal-jurnal internasional menyebutkan khasiat cordyceps yang diantaranya adalah untuk memperkuat daya tahan tubuh, melindungi organ vital seperti jantung, serta menurunkan gula darah dan kolesterol serta mencegah tumbuhnya sel-sel kanker.

(KR-LWA/B005)

Pewarta: Libertina Widyamurti Ambari
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016