Jakarta (ANTARA News) - Hasil riset Indonesia Property Watch menunjukkan permintaan hunian bertingkat atau apartemen di Bekasi masih tetap tinggi pada kuartal II 2016, bahkan di atas Jakarta, Bogor, Depok, dan Tangerang.

Mengacu kepada segmentasi pasarnya menempatkan peminat dari kalangan bawah masih tertinggi 59,17 persen, menengah 34,66 persen, dan atas 6,17 persen.

"Pembangunan infrastruktur penghubung di koridor Timur Jakarta seperti tol Becakayu dan LRT yang direncanakan melintasi koridor Jalan Ahmad Yani Kota Bekasi menjadikan kawasan tersebut diminati. Apalagi, akses tol Bekasi Barat dan Bekasi Timur telah lama eksis," kata CEO Indonesia Property Watch, Ali Tranghanda di Jakarta, Selasa.

Sebelumnya, dalam seminar bertajuk "Bekasi Menunggu Momentum" yang dihadiri konsumen dan investor properti, Ali mengatakan, penjualan properti kuartal III 2016 sebesar Rp1,169 triliun dengan peningkatan nilai sebesar 8,1 persen dan kenaikan unit terjual 11,8 persen dari kuartal II 2016 sebesar 3,2 persen. Tiga wilayah Bodetabek yang menunjukkan pertumbuhan unit terjual pada kuartal ini, Bogor (19,3 persen), Bekasi (16,3 persen), Depok (10,4 persen).

Harga unit properti paling diminati berada pada kisaran harga Rp300-500 Juta (25 persen) untuk wilayah Bekasi dan Bogor, Depok Rp1-2 Milyar (15 persen) dan Jakarta di atas Rp2 Milyar (4 persen).

"Tahun depan pasar properti Rp500 juta hingga Rp1 miliar berprotensi besar menjadi primadona kelas menengah," ujar dia.

Menurut Ali, potensi mendapatkan keuntungan lebih besar atas hunian vertikal di koridor timur Jakarta seperti Bekasi Selatan adalah tahun ini. Mengingat, kawasan koridor timur, memiliki keunggulan akses dan pengembangan infrastruktur dibandingkan koridor barat seperti Serpong karena harga tanah di kawasan itu semakin tinggi.

Apartemen siap huni di lokasi yang memiliki akses seperti Jalan Ahmad Yani, Bekasi, nilai sewanya diperkirakan Ali mencapai 6 - 8 persen per tahun dari harga beli, dibandingkan rumah tapak yang hanya 3 persen - 4 persen per tahun. Sedangkan jika dijual kembali, capital gain sebelum seluruh gedung terbangun maupun setelah siap huni, bisa mencapai 20 persen - 30 persen.

Di Bekasi, hunian yang dibangun dengan konsep mixed use development dengan dukungan kelengkapan infrastruktur dan sarana aksesibilitas masih langka. Karena itu jika tersedia, maka pasti sangat menarik sebagai hunian dan tempat yang seksi untuk ladang investasi.

Keuntungan yang diperoleh pada hunian mixed use, lebih tinggi dibandingkan single use. Apalagi, jika pembelian unit dilakukan waktu pra penjualan (pre sale). Konsumen akan mendapatkan keuntungan lebih besar lagi, karena harga pre-sale, lebih murah dibandingkan harga saat masa penawaran awal (launching).

Sebagai daerah penyanggah DKI Jakarta, Kota Bekasi berpotensi jadi daerah komersial baru. Koridor Jalan Ahmad Yani yang ditetapkan menjadi salah satu zonasi Kawasan Bisnis Strategis Kota sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bekasi 2011-2031, memungkinkan pengembangan bangunan setinggi 45 lantai.

Peluang itulah kemudian diambil PT Pikko Land Development Tbk, dengan membangun kawasan terpadu bernama Thamrin District. Kawasan seluas 1,6 hektar itu merupakan kawasan terpadu pertama di Kota Bekasi dengan konsep 4 in 1 integrated development.

Pengembang menyiapkan lima menara apartemen eksklusif strata title, setinggi 24 lantai (masing-masing 549 unit). Apartemen ini nantinya bersinergi dengan ruko, area komersial/ lifestyle, pusat belanja (the Mall) di lantai satu dan dua tiap bangunan menara.

Nio Yantony, Presiden Direktur PT Pikko Land Development Tbk, pengembang Thamrin District mengatakan Bekasi Selatan dan Jalan Ahmad Yani, khususnya merupakan etalase Kota Bekasi yang terus berkembang.

"Berbagai aktivitas perdagangan dan jasa, terkonsentrasi di sepanjang pusat perekonomian paling sibuk di Kota Bekasi ini. Karenanya, kawasan terpadu Thamrin District diharapkan dapat memfasilitasi kebutuhan penduduk maupun pekerja industri mendapatkan tempat tinggal yang nyaman di Kota Bekasi," kata Yantony.

Pewarta: Ganet Dirgantoro
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016