Jakarta (ANTARA News) - Peringatan Hari Kesadaran Tsunami Dunia setiap 5 November menjadi salah satu upaya menyebarkan informasi terkait deteksi dan penanggulangan tsunami, ungkap President of Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA), Hidetoshi Nishimura. 

"Kami memberikan informasi bahwa setiap negara yang terkena dampaknya, menyelamatkan sebanyak mungkin nyawa, apabila tsunami terjadi lagi. Satu solusinya adalah dengan memiliki satu hari seperti ini (peringatan hari tsunami)," kata Nishimura, dalam acara Hari Kesadaran Tsunami Dunia 2016, di Jakarta, Kamis. 

Hal senada diungkapkan, Direktur Public Governanve and Territorial Development Directore, OECD, Rolf Alter. Menurut dia, berbagi hasil penelitian mengenai dampak tsunami juga menjadi alasan pentingnya peringatan Hari Kesadaran Tsunami Dunia. 

"Kami bisa berbagi pengalaman dari basis yang berbeda-beda. Kita tidak boleh melupakan dampak tsunami. Dari sudut pandang kelanjutan ekonomi, untuk menemukan penelitian dan dibagikan pada masyarakat, soal risiko bencana," tutur dia dalam kesempatan yang sama. 

"Membagi pengalaman menangani dan penanggulangan bencana," imbuh Alter. Dalam kesempatan itu, perwakilan United Nations Office for Disaster Risk Reduction (UNISDR), Yuki Matsuoka, mengungkapkan, perlu ada gerakan global sebagai langkah mengingatkan masyarakat soal bahaya dan penanggulangan tsunami. 

Peringatan Hari Kesadaran Tsunami Dunia merupakan salah satu sarananya. "Kita harus melakukan suatu gerakan global untuk menghadapi tsunami. Ini merupakan upaya terpadu kita mengingatkan soal bahaya tsunami," kata dia. 

Tsunami sekalipun jarang terjadi, namun bisa mengakibaykan dampak amat serius. Oleh karenanya, pada 22 Desember 2015, berdasarkan kesepakatan dalam Sidang Umum ke-70 Majelis Umum PBB, di New York, telah ditetapkan Hari Kesadaran Tsunami Dunia.

Hal ini merupakan usulan 143 negara di dunia, termasuk Jepang.

Pewarta: Lia Santosa
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016