Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Selasa pagi, turun tipis empat poin menjadi Rp9.093/9.095 dibandingkan penutupan hari sebelumnya pada level 9.089/9.096, padahal greenback di pasar regional merosot. Analis Valas PT Bank Niaga Tbk, Noel Chandra, di Jakarta, mengatakan rupiah turun karena mendapat tekanan dari Bank Indonesia (BI) agar mata uang lokal itu tidak terus melaju ke level 9.080 per dolar AS. Rupiah sehari sebelumnya sempat di level 9.086 per dolar AS yang dikhawatirkan akan terus menguat, apabila BI tidak segera melakukan intervensi pasar, katanya. Padahal, lanjutnya, dolar AS di pasar regional merosot terhadap euro maupun yen, sehingga peluang rupiah untuk naik lebih jauh cukup besar. Dolar AS terhadap yen turun 0,1 persen menjadi 118,44 dan terhadap ero menjadi 1,3638 menjelang keluarnya data sektor perumahan AS. Dolar AS juga tertekan oleh perkiraan bahwa bank sentral AS akan menurunkan tingkat suku bunga pada tahun ini, karena pelaku pasar khawatir dengan masalah sektor perumahan yang memberikan beban berat bagi pertumbuhan ekonomi AS, katanya. Ia mengatakan, apabila data sektor perumahan menguat dibanding perkiraan sebelumnya maka pasar akan bereaksi lebih besar lagi. Karena itu peluang rupiah pada sesi berikut kemungkinan besar untuk kembali naik cukup besar, ujarnya. Rupiah, menurut dia agak tertekan oleh pasar saham regional yang melemah, akibat menguat harga minyak dunia, setelah produksi salah satu negara pengekspor minyak (OPEC), Nigeria berkurang. Akibatnya sejumlah indeks mengalami penurunan seperti indeks Nikkei melemah 0,48 persen, indeks SP/ASX turun 0,46 persen. Namun koreksi harga terhadap rupiah diperkirakan hanya sesaat saja, karena masih banyak faktor pendukung yang memicu rupiah untuk menguat, apalagi The Fed saat ini sangat khawatir dengan inflasi yang cenderung menguat. (*)

Copyright © ANTARA 2007