Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta para profesor Indonesia yang berada di luar negeri untuk pulang dan mengabdi di Tanah Air.

"Pengabdian itu tidak dibatasi dengan materi. Jadi anda datang kesini jangan berpikir dolar tapi berpikir untuk amal jariah. Itu lebih hebat," kata Wapres saat memberikan pengarahan pada acara Visiting World Class Professor di Kemendikti, di Jakarta, Senin.

Wapres pada kesempatan itu menyampaikan terima kasih atas kehadiran para profesor dari berbagai bidang ilmu tersebut.

Wapres menyatakan meski gaji di kampus-kampus dalam negeri tidak bisa dibandingkan dengan negara lain seperti Brunei Darussalam, tapi dengan mengabdi di Tanah Air tanpa gaji yang besar disitulah ladang amal.

"Disitulah kekuatan pengabdian, kebanggaan dan yang paling penting amal jariah," ujar Wapres seraya menambahkan saat ini pemerintah sudah memberikan tunjangan profesor meski tidak sebesar universitas di luar negeri.

Di samping itu, akademisi memang sangat dibutuhkan di Tanah Air. Karena itu kenapa peringkat perguruan tinggi Indonesia menurun sebab banyak dosen yang sibuk di luar kampus, tambah Wapres.

"Dosen-dosen sibuk di luar, dulu begitu ada pembangunan jalan semua dosen ITB jadi konsultan, hanya Sabtu Minggu ke kampus untuk mengajar Senin kembali ke Jakarta, ekonom UI masuk pemberitaan, kalau di daerah semua masuk Bappeda. Banyak yang seperti itu karena memang dibutuhkan, itulah gunanya ilmu," ujar Wapres Kalla.

Menurut Wapres, Indonesia tidak kekurangan guru besar dan hampir sebagian besar juga lulusan luar negeri. Namun masalah pendidikan di Indonesia menurut Wapres adalah tidak adanya yang menjaga mutu.

Selain itu juga terkait kultur atau budaya, dimana saat mengenyam pendidikan di luar negeri harus mengikuti budaya disiplin di negara tersebut tapi begitu kembali ke Tanah Air, kembali lagi pada budaya yang tidak disiplin.

"Karena itu kultur juga harus diperbaiki, kembali lagi ke mental kita, disiplin," demikian Wapres Kalla.

Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016