Jalan di salah satu lorong di kawasan kota Makassar sore itu masih basah setelah diguyur gerimis yang membuat udara di kota pelabuhan itu sedikit lebih sejuk saat sejumlah warga dengan semangat menjelaskan perubahan kondisi lingkungan yang bersama-sama mereka lakukan.

Adalah Andi Matentuang (60) yang didaulat menjadi Ketua RW O6 kelurahan Bontomakio, Kecamatan Rapocini Kota Makassar, Minggu (18/12) menjelaskan tentang kerja bersama para warga yang kemudian mendapat dukungan dari pemerintah Kota Makassar membenahi lingkungan tempat tinggal mereka dari kawasan yang kumuh kini menjadi salah satu pemukiman yang layak dibanggakan.

Ia bercerita, beberapa tahun sebelumnya, kawasan tempat mereka tinggal kerap dipenuhi dengan aroma tak sedap karena tak jauh dari gang atau lorong mereka ada tempat penampungan sampah sementara dalam bentuk kontainer.

"Saya dulu kerap bertengkar dengan mereka yang membuang sampah disini meski mereka bukan warga sini. Bekas daging ayam atau jeroan di buang begitu saja sehingga menimbulkan bau busuk," papar Andi.

Namun kondisi ini berubah, kata Andi dalam dua tahun belakangan ini. Setelah pemerintah kota melakukan pendekatan berbasis komunitas terhadap warga yang tinggal di lorong atau gang, maka masyarakat diajak untuk aktif membenahi lingkungan tempat mereka tinggal.

Camat Rapocini Amri mengatakan kini tak ada lagi bau menyengat dan tak sedap serta lingkungan yang kotor di lorong di kawasan yang menjadi tanggung jawabnya. Pemandangan yang ada saat ini selain jalanan lorong yang bersih juga dihiasi tanaman hias di dalam pot berbagai ukuran yang ada di setiap rumah.

Amri mengatakan semua kegiatan pembenahan lingkungan berangkat dari partisipasi warga, sementara pemerintah kota memberikan bantuan dan juga memperbaiki infrastruktur sesuai dengan kebutuhan warga.

Pemandangan hijau dan bersih tak hanya ada di lorong 3 kelurahan Bontomakio, Kecamatan Rapocini namun juga ada di 60 lorong dari 226 lorong di seluruh Kota Makassar.

Lebih jauh bahkan tanaman yang akan diusahakan oleh masyarakat adalah menanam cabai yang kemudian nantinya diharapkan bisa menjadi usaha bersama dan menguntungkan yang dikelola dengan pola badan usaha koperasi.

Mewujudkan program kota cerdas

Program pembenahan dan pemberdayaan masyarakat berupa perbaikan kualitas lingkungan tempat tinggal merupakan satu dari sejumlah program yang dilakukan oleh Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto.

Danny, begitu Ramdhan biasa disapa mengatakan saat terpilih dan kemudian dilantik memimpin kota berpenduduk 1,8 juta jiwa itu ia mengidentifikasi permasalahan mendasar yang harus diselesaikan.

"Dari hasil proses itu didapatlah bahwa yang paling sulit adalah warga kota yang miskin dan memerlukan layanan kesehatan," paparnya.

Karena itu, pria kelahiran 30 Januari 1964 itu kemudian menginisiasi program kesehatan berbasis layanan yang bisa menjangkau masyarakat hingga ke rumah-rumah dengan sebutan Dottorota atau dokter kita dalam bahasa Bugis.

Layanan home care ini memungkinkan masyarakat mengakses layanan kesehatan dari rumah khususnya ketika terjadi kasus kegawatdaruratan seperti kecelakaan atau kondisi kritis lainnya.

Program ini berbasis layanan Puskesmas yang melingkupi wilayah layanan di kelurahan. Setiap Puskesmas memiliki satu unit mobil untuk Dottorota ini yang dilengkapi dengan peralatan USG, EKG dan peralatan medis lainnya.

"Ketika masyarakat ada yang sakit dan membutuhkan layanan home care, maka diagnosa penyakit bisa dilakukan dan hasilnya bisa dikirimkan ke dokter yang siap selama 24 jam. Data diagnosa dengan memanfaatkan sistem informasi teknologi kemudian bisa membantu dalam proses penanganan," kata Danny.

Rekam medis yang ada itu kemudian disimpan sebagai data di kartu Makassar Smart. Selain menyimpan data kependudukan dan rekam medis, kartu itu juga dirancang untuk dapat berfungsi sebagai alat pembayaran elektronik.

Selain Makassar Smart Card, Danny juga menginisiasi kartu serupa yang digunakan untuk kalangan pelajar. Salah satu fasilitas yang didorong dalam kartu cerdas untuk pelajar ini adalah kemudahan pembayaran melalui e-pay yang memungkinkan orang tua siswa mengetahui jajanan yang dikonsumsi oleh anak mereka selama berada di sekolah.

Dengan fasilitas ini maka kualitas kesehatan dan aktivitas pelajar bisa dimonitor oleh orang tua mereka.

Upaya untuk mendorong Makassar menjadi kota cerdas tak hanya sebatas pada penerapan sistem e-pay dan telemedika. Sejak satu tahun terakhir ini, kota pelabuhan dan jasa itu juga memiliki ruang kontrol kendali kota yang mampu memantau situasi kota sekaligus menyediakan layanan pengaduan masyarakat dan layanan darurat tepadu.

Ruang kontrol yang dinamakan "war room" itu ditunjang oleh 69 titik CCTV pada yang dikelola pemerintah kota dan 115 CCTV yang dikelola oleh pihak lain di 23 titik dan jalan tol 73 titik.

Selain itu, fasilitas ini juga dirancang untuk mengelola data yang kemudian bisa diolah dan disajikan bagi kepentingan pengambilan kebijakan pemerintah kota terkait berbagai aspek permasalahan kota Makassar.

Dalam 24 jam, fasilitas itu dioperasikan oleh 15 orang yang mengelola hal-hal terkait infrastruktur kota cerdas dan 24 orang yang melayani call centre untuk laporan kebencanaan, kegawatdaruratan kesehatan dan kecelakaan.

Terkait kecelakaan dan kegawatdaruratan kesehatan maka laporan masyarakat akan diteruskan ke Puskesmas di masing-masing wilayah sehingga kecepatan respons bisa dilakukan dengan tepat. Masyarakat dapat menghubungi nomor telepon 112 untuk mengakses layanan ini.

Peran serta masyarakat
Peran serta masyarakat merupakan modal yang penting untuk keberhasilan pembangunan kota. Hal ini disadari oleh Wali Kota dan juga aparat pemerintahan daerah lainnya.

Dengan prinsip itu, Danny kemudian menerapkan prinsip "Sombere dan Smart City" dalam setiap program yang ia inisiasikan di Makassar.

Sombere merupakan istilah dalam bahasa Bugis yang artinya keramahantamahan dan persaudaraan. Dengan konsep itu maka upaya pembangunan kota menempatkan masyarakat sebagai pemilik bersama kota dimana mereka tinggal.

"Saya mempelajari bahwa membangun kota harus dimulai dari selnya. Sel perkotaan adalah masyarakat yang hidup di lorong (gang), itu yang harus disentuh terlebih dahulu sebagai intinya," kata Danny.

Upaya pemerintah kota Makassar membenahi masalah perkotaan dengan mengajak keterlibatan masyarakat selama dua tahun terakhir mulai membuahkan hasil.

Dengan sejumlah program berbasis komunitas di lorong seperti penghijauan, pemberdayaan ekonomi rakyat dan program kesehatan yang mengurangi keharusan warga mengunjungi fasilitas kesehatan, peran serta masyarakat dalam program-program pembenahan kota juga semakin tinggi.

Di sisi lain, kerja sama dan hubungan antar warga kota juga semakin baik ditandai dengan menurunnya jumlah konflik horizontal antar warga dan penurunan angka kejahatan.

"Yang paling penting adalah modalitas masyarakat yang kita miliki. Kohesivitas masyarakat semakin kuat," katanya.

Kualitas kerja aparat pemerintahan kota juga diperbaiki. Wali Kota menerapkan protokol baru dalan kinerja aparat di wilayah sehingga fungsi perencana, pengumpulan aspirasi dan pendekatan ke warga kota pun bisa berjalan.

"Ada aturan protokol, camat, lurah dan SKPD, Senin hari koordinasi, Selasa sampai Kamis hari sentuh hati, dia harus melakukan kunjungan ke masyarakat untuk identifikasi masalah dan Jumat hari reportase, melaporkan, Sabtu hari kerja bakti dan Minggu hari silaturahmi," papar lulusan Fakultas Teknik Sipil Universitas Hasanuddin tersebut.

Hasil dari pola pendekatan seperti itu, masyarakat tidak susah untuk diajak bersama-sama menjalankan program pembangunan kota karena mereka merasakan manfaat dan perbaikan atas kondisi kota dimana mereka tinggal.

"Kota ideal buat saya adalah semua warga senang dan bahagia. Mewujudkan Makassar kota dunia yang nyaman buat semua," kata Danny Pomanto ketika menggambarkan keinginannya atas kualitas hidup warga Makassar dua tahun mendatang.

Oleh Panca Hari Prabowo
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016