Jakarta (ANTARA News) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sedang melakukan penaksiran dampak bencana banjir di Bima, Nusa Tenggara Barat, melalui koordinasi dengan BPBD dan pemerintah daerah setempat.

"Kami masih melakukan pendataan kerusakan rumah, infrastruktur, dan korban," kata Kepala BNPB, Willem Rampangilei, pada konferensi pers di Gedung BNPB, Jakarta, Kamis.

Willem mengatakan banjir terjadi di tiga wilayah, yaitu Kota Bima, Kabupaten Bima, dan Kabupaten Sumbawa, dengan ketinggian air tertinggi mencapai hingga tiga meter.

"Kejadian bencana banjir ini cukup besar akibat hujan ekstrem. Menurut laporan, sekarang listrik sebagian telah menyala, juga saluran telepon," ujar dia.

Willem mengatakan pihaknya telah menyiapkan dukungan logistik untuk disalurkan bagi masyarakat terdampak bencana.

Dia juga menjelaskan bahwa banjir sudah mulai surut dan tidak berpotensi untuk bertambah parah. "Situasi sudah dikendalikan pemerintah daerah, dan kondisi juga membaik," ucap Willem.

BNPB memperkirakan ribuan rumah terendam banjir di Kota Bima, Kabupaten Bima, dan Kabupaten Sumbawa, akibat hujan deras yang merata di Bima dan Sumbawa pada Selasa (20/12) dan Rabu (21/12)

"Ini bukan banjir yang pertama di Bima, sebelumnya sudah pernah terjadi. Tetapi ini merupakan salah satu banjir yang terbesar," ucap Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), siklon tropis Yvette diprediksi masih berada di Samudera Hindia sekitar 590 km sebelah selatan Denpasar dengan arah dan kecepatan gerak Timur Laut dan kekuatan 85 kilometer/jam (45 knot).

Siklon itu menyebabkan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat terjadi di wilayah Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT.

Selain itu, banjir di Bima juga disebabkan oleh kondisi wilayah yang berada pada topografi cekungan.

"Kota Bima memang cekung dan daerah risiko tinggi banjir dengan 15.000 kepala keluarga tinggal di daerah tersebut," tutur Sutopo.

BNPB terus melakukan kontak dengan BPBD Provinsi NTB untuk mengambil langkah-langkah penanganan.

Kebutuhan mendesak saat ini adalah perahu karet, permakanan, air bersih, selimut, obat-obatan, genset, dan tenda.

Pewarta: Calvin B
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016