Kami juga memberikan pengarahan atau imbauan kepada warga agar lebih berhati-hati."
Sampit (ANTARA News) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sampit di Kalimantan Tengah (Kalteng) mewacanakan survei populasi buaya yang hidup di Sungai Mentaya, khususnya di kawasan muara sungai yang sering menyerang warga.

"Kami mengusulkan kepada pimpinan, ada kegiatan survei populasi dan habitat buaya. Kami juga mengusulkan penambahan papan imbauan waspada serangan buaya," kata Komandan Pos Jaga BKSDA Sampit, Muriansyah, di Sampit, Jumat.

Ia mengemukakan, serangan buaya muara masih sering terjadi sehingga cukup meresahkan masyarakat. Survei populasi dan habitat dinilai penting untuk memetakan potensi kerawanan serangan buaya sehingga bisa diantisipasi.

Belum lama ini BKSDA Sampit mengunjungi Syahran (56), warga Desa Hanaut Kecamatan Pulau Hanaut yang disambar buaya pada Senin (26/12) malam lalu. Pria itu disambar buaya saat mencuci pakaian usai memanen buah kelapa.

Akibat kejadian itu, korban menderita sejumlah luka dan satu jarinya putus saat menyelamatkan diri dari terkaman buaya. Buaya sempat berusaha menyeret korban ke dalam air namun korban sempat berpegangan pada tongkat kayu yang ada di tempat itu.

Saat berkunjung kemarin, BKSDA Sampit memberikan bantuan kepada korban untuk berobat, dan meminta masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap serangan buaya.

"Kami berkoordinasi dengan Polsek Pulau Hanaut dan aparatur Desa Hanaut untuk mencegah adanya korban lain akibat sambaran buaya. Kami juga memberikan pengarahan atau imbauan kepada warga agar lebih berhati-hati," kata Muriansyah.

Data BKSDA Sampit, kejadian ini merupakan insiden ke lima kalinya buaya menyerang warga dalam 2016 ini. Untungnya, tidak ada korban jiwa dalam kasus serangan buaya sepanjang tahun ini.

Selama ini buaya yang dikenal ganas adalah buaya muara yang besarnya bisa mencapai lima meter. Namun, ia mengemukakan, belum diketahui jenis buaya yang kali ini menyerang warga.

Serangan buaya di kawasan muara Sungai Mentaya cukup tinggi. Hampir tiap tahun ada korban jiwa, bahkan beberapa di antaranya jasadnya tidak ditemukan hingga kini, ujarnya.

Ia menambahkan, habitat buaya di kawasan muara diduga ada di Pulau Lepeh karena warga sering melihat buaya bermunculan dan berjemur di daratan kecil yang berada di tengah Sungai Mentaya. Pemerintah setempat hanya bisa mengimbau masyarakat lebih berhati-hati karena sangat sulit menangkap dan merelokasi buaya liar yang jumlahnya diperkirakan cukup banyak itu.

Pewarta: Norjani
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016