Beijing (ANTARA News) -Tiongkok menargetkan 30 misi ruang angkasa pada 2017, demikian laporan Korporasi Ilmu Pengetahuan Ruang Angkasa Tiongkok, Kamis.

Sebagian besar misi ruang angkasa tersebut akan menggunakan roket peluncur terbesar Tiongkok Long March-5 dan Long March-7, ungkap Direktur Umum Program Long March-5, Wang Yu.

Ia mengatakan 2017 merupakan tonggak penting bagi generasi baru roket peluncur Tiongkok seperti Long March-5. Long March-5 atau Chang Zheng-5 kali pertama diluncurkan pada November 2016 dari Bandar Antariksa Wenchang, Pulau Hainan, selatan Tiongkok.

Wang Yu mengatakan Long March-5 akan membawa Change-5 probe untuk mendarat di bulan, mengumpulkan sampel dan kembali ke Bumi.

Negeri Panda tersebut telah meluncurkan misi ulang-alik pertama ke bulan dengan pesawat ruang angkasa robotik pada 2014. Misi itu membuka jalan bagi rencana program negara itu membawa kembali sampel bulan.

Misi yang dijuluki misi Change 5 Test 1 (CE5-T1) oleh beberapa pengamat program luar angkasa Tiongkok tersebut, merupakan misi kembali ke bumi untuk menguji teknologi masuk kembali ke bumi, yang diperlukan untuk program membawa kembali sampel bulan.

Misi tersebut dirancang untuk mengumpulkan data eksperimental dan mengkonfirmasi teknologi masuk kembali ke bumi, seperti panduan, navigasi dan kontrol, perisai panas, serta desain lintasan.

Sedangkan Long March-7, versi yang lebih kuat dari Long March-2, akan mengirimkan pesawat kargo ruang angkasa Tiongkok Tianzhou-1. Pesawat kargo tersebut akan diluncurkan untuk membawa perbekalan makanan dan bahan bakar dan keperluan logistik lainnya bagi laboratorium ruang angkasa Tiangong-2.

Pada 2015 Tiongkok telah melakukan 19 misi peluncuran ke ruang angkasa dan sepanjang 2016 sebanyak 22 misi. Tiongkok berhasil melakukan uji coba Long March-7 pada Juni tahun lalu.

Pada kertas putih yang diluncurkan di penghujung 2016 Tiongkok mengumumkan pendaratan Change-5 di bulan pada akhir 2017 dan misi pertama ke Mars pada 2020.

Dalam kertas putih kegiatan ruang angkasa Tiongkok juga disebutkan dalam lima tahun mendatang, Tiongkok akan memberikan jasa navigasi, komunikasi satelit dan analisa ramalan cuaca bagi negara-negara yang terlibat dalam inisiatif Satu Sabuk, Satu Jalan (One Belt, One Road/OBOR).

Pewarta: Rini Utami
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017