Jakarta (ANTARA News) - PT PLN (Persero) dinilai tidak bisa membatalkan pemenang tender pembangunan PLTGU Jawa 1 meskipun kontrak jual beli listrik mundur, karena hanya akan menganggu iklim investasi di sektor energi di Tanah Air.

"Muncul kabar bahwa PLN akan membatalkan pemenang tender pembangunan PLTGU Jawa 1 menyusul mundurnya kontrak jual beli listrik, karena pasokan LNG bermasalah. Kalau ini terjadi, tentu menyalahi prosedur," kata pengamat energi dari Universitas Gajah Mada, Fahmi Radhi, ketika dihubungi di Jakarta, Sabtu.

Menurut Fahmi, sejauh ini publik sudah mengetahui bahwa pemenang tender PLTGU Jawa 1 yaitu konsorsium Pertamina-Marubeni-Sojitz mengalahkan peserta tender lainnya.

Sesuai ketentuan kontrak jual beli disepakati pada pertengahan Desember 2016 atau 45 hari setelah PLN mengumumkan pemenang tender, namun jadwal tersebut mundur.

Mundurnya kontrak proyek PLTGU Jawa I tersebut menunjukkan PLN tidak profesional. "PLN maunya energi dia yang pasok, padahal pemenang tender itu yaitu konsorsium Pertamina dan Marubeni yang punya kemampuan dan sudah tepat," katanya.

Jika terjadi pembatalan tentu akan mempengaruhi program pengadaan listrik 35.000 MW yang dibebankan kepada PLN. "Bahkan kalau di revisi jadi 22.000 MW pun saya pesimis tercapai kalau PLN mundur dan molor seperti sekarang," ujar Fahmi.

Menurutnya, jika pembatalan kontrak terjadi maka ia pun setuju bahwa KPK harus turun tangan, karena patut diduga ada masalah serius di proyek tersebut. "KPK harus turun tangan, harus diusut apakah ada ketidakberesan di sana," ucapnya.

Selain konsorsium Pertamina-Marubeni-Sojitz, peserta lain tender PLTGU Jawa 1 yaitu konsorsium Mitsubishi Corp-JERA-PT Rukun Raharja Tbk-PT Pembangkitan Jawa Bali, konsorsium PT Adaro Energi Tbk-Sembcorp Utilities PTY Ltd, dan konsorsium PT Medco Power Generation Indonesia-PT Medco Power Indonesia-Kepco-dan Nebras Power.

Harga listrik yang ditawarkan konsorsium Pertamina-Marubeni-Sojitz sebesar 0,055 dolar AS per kWh, relatif lebih murah dibanding peserta tender lainnya, seperti yang ditawarkan konsorsium Adaro menawar 0,064 dolar AS per kWh, dan konsorsium Mitsubishi menawarkan 0,065 dolar AS per kWh.

Sebelumnya, pada (12/10), Direktur Utama PLN Sofyan Basir mengatakan bahwa PLN memilih pemenang tender berdasarkan harga jual listrik yang paling rendah, teknologi yang digunakan, hingga kesiapan lahan untuk membangun.

"Harga yang pasti, lalu teknologinya. Kan sudah dihitung semua, berapa akhir di ujungnya, berapa per kWh, gas itu berapa, sudah termasuk gas juga kan," kata Sofyan.

Sementara itu, Senior Manager Public Relation PLN Agung Murdifi menuturkan, perseroan telah merampungkan evaluasi teknis, administrasi, dan harga untuk lelang PLTGU Jawa1. "Dari semua aspek yang telah ditentukan oleh PLN, Konsorsium Pertamina, Marubeni Corporation, dan Sojitz Corporation diputuskan sebagai peringkat pertama peserta tender," ujarnya.


Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017